Sudah berapa
banyak orang yang meninggalkanmu? Meninggalkan disini dalam arti denotasi lho
alias meninggalkan kita karena tutup usia bukan karena memilih dia yang lebih
sempurna, ups, hehehe.
Katanya, kematian tidak memandang usia. Benar, ada yang hidup hingga lanjut usia dan ada pula yang tak sampai bahkan pergi saat masih usia remaja. Namun, semakin bertambah usia kita akan lebih sering menerima kabar-kabar duka. Baik dari kenalan, teman, sahabat hingga keluarga dekat. Begitu lah yang terjadi pada saya akhir-akhir ini. Beberapa kabar duka datang silih berganti, membuat saya harus bertanya-tanya, apakah saya sudah masuk golongan lanjut usia? Hehehe.
Sebelumnya, saat
usia 20an alias ketika baru lulus kuliah, kabar yang banyak menanti adalah
undangan pernikahan. Terutama menjelang bulan-bulan pengantin, bisa dipastikan
tumpukan undangan sudah memenuhi meja dan galeri gawai. Bergantian dari teman
masa kecil, teman SD, teman SMP, SMA, kuliah, kerja, tetangga, tetangga kos dan
banyak lagi.
Sepuluh atau dua
puluh tahun kemudian, kabar dan undangan yang datang mulai berseberangan arah.
Jika undangan pernikahan, terkait dengan doa atas kebahagiaan orang lain maka
yang berseberangan arah adalah kabar antonim dari bahagia. Yaitu kabar duka.
Kabar sakit atau
tutup usia dari kerabat, kolega, kenalan, sahabat dan teman sejawat mulai
menghampiri. Tidak rutin tetapi kabar-kabar itu lebih banyak memenuhi memori informasi
dibandingkan kabar bahagia seperti pernikahan atau kelahiran.
Walaupun saat
ini, saya berasumsi belum masuk usia lanjut, ups, hehehe. Tetapi kabar duka yang
mulai menjadi informasi rutin membuat saya selalu berpikir untuk mulai menikmati
setiap momen dan peristiwa yang terjadi. Menghargai setiap waktu yang dimiliki
bersama keluarga, teman, dan orang lain yang mungkin hadir dalam suatu
peristiwa. Sebab bisa jadi itu adalah kebersamaan terakhir bagi kami.
Lalu, berapa
banyak orang yang meninggalkanmu? Sedikit atau banyak, tetap jangan melupakan
untuk selalu menghargai momen dengan orang yang berada disekitarmu ya, karena katanya
masa depan itu tidak pernah pasti.
Jadi, selamat
menikmati hidup. Semoga di tahun-tahun mendatang kita masih bisa bercerita
lewat tulisan, aamiin.
Posted by 

Seram membaca tulisan ini, akan tetapi begitulah alur kehidupan, doa saya semoga kita semua mendapatkan umur yang Barokah
ReplyDeleteAmin ya rabbal alamin
Delete