Hai blog falkhi? Semoga belum berdebu ya, hehehe.
Menulis itu adalah candu. Jika terbiasa, maka tiada hari
yang bisa kita nikmati selain meluangkan waktu untuk menulis. Namun bagi yang
belum terbiasa bahkan mungkin tidak suka, kegiatan menulis bisa seperti kubangan
lumpur yang semakin lama akan membuat kita semakin tenggelam dalam depresi. Jangankan
satu halaman, menulis satu paragraf saja bisa bikin senewen setengah mati. Lalu,
bagaimana caranya agar seorang guru bisa mengajak siswa menulis sebuah buku?
Sejak beberapa tahun lalu, saya terkadang meminta siswa
untuk menulis sebuah cerita. Padahal saya tidak mengajar ilmu mengarang lho,
hehehe. Biasanya soal cerita dibuat sebagai bagian dari ujian, bisa juga sebagai
hukuman. Kok hukuman?
Namanya siswa, pasti ada alpanya dengan sebuah tugas. Mungkin
sama juga dengan kita saat masih duduk di bangku sekolah. Jika hanya satu dua
orang yang tidak mengerjakan, bisa dianggap sebagai anomali dalam sebuah kelas.
Tetapi jika yang tidak mengerjakan itu hampir separuh atau bahkan seluruh siswa
dalam satu kelas. Wow, aliran darah dari kaki langsung ngebut mengalir ke otak.
Apalagi dengan alasan, lupa. Hiyaaa... ubun-ubun rasanya perlu masuk dalam
freezer. Biar segera adem alias emosinya membeku, hehehe.
Jika demikian, saya akan meminta siswa menulis alasan tidak
mengerjakan tugas dalam bentuk narasi di lembaran kertas atau buku. Minimal dua
sampai empat halaman. Mengapa saya memilih hukuman dalam bentuk menulis? Pertama,
untuk mendinginkan kepala karena emosi. Saat menulis, kelas akan sepi tanpa
keributan dan saya bisa lebih memiliki waktu untuk menenangkan diri. Kedua, saya
perlu benar-benar tahu alasan mengapa bisa lupa mengerjakan tugas. Ketiga,
menulis akan terasa lebih gampang daripada mengerjakan soal-soal fisika yang
nantinya mungkin akan membuat saya lebih emosi karena jawaban yang salah
sasaran, hahaha.
Nah, gara-gara sering memberi hukuman dalam bentuk menulis,
saya memiliki banyak lembar kertas hasil tulisan siswa. Ada yang isinya lucu,
menegangkan, hingga ucapan maaf berkali-kali. Entah karena memnag minta maaf
atau untuk menghabiskan lembar-lembar kertas, hehehe.
Kertas-kertas tersebut memberikan saya ide untuk
mengumpulkan tulisan mereka dalam bentuk sebuah buku. Ide itu mengendap
beberapa lama, bahkan saya sampai lupa jika memiliki ide membuat buku bersama
siswa.
Kita sering mendengar bahwa niat baik itu pasti akan
dimudahkan. Itulah kemudian yang terjadi. Suatu hari saya dihubungi seorang
teman penulis yang bukunya pernah saya beli. Katanya, saya memiliki kesempatan gratis
biaya proses penerbitan untuk menerbitkan buku di penerbit buku tersebut. Penerbit
yang dimaksud adalah penerbit indie. Untuk proses penerbitan buku secara indie
ada dua biaya yang harus dibayar, yaitu biaya proses penerbitan dan biaya
pencetakan buku.
Tawaran teman tersebut membuat saya ingat ide untuk menerbitkan
buku bersama siswa. Kebetulan saat itu berdekatan dengan pelaksanaan ujian
akhir. Waktu ujian yang sempit membuat jadwal ujian praktik dimampatkan. Tidak hanya
itu, ruang laboratorium fisika yang digunakan untuk praktik tidak bisa
digunakan karena dialihkan sebagai ruang pelaksanaan UNBK.
Hal itu membuat saya berpikir cara agar bisa
menyelenggarakan ujian praktik fisika dengan waktu dan tempat yang terbatas. Jawabannya
adalah melaksanakan praktik di luar jam belajar atau di luar sekolah. Sangat memungkinkan
karena siswa bisa menggunakan hari libur. Namun, bagaimana penilaian yang harus
saya lakukan berkenaan dengan praktik yang dilakukan siswa.
Sebelumnya, saya pernah meminta mereka praktik di rumah dan
melaporkan dalam bentuk video dan upload ke youtube. Saya ingin mengulangi
metode tersebut. Namun, salah satu pelajaran IPA yang lain ternyata menggunakan
laporan berbasis video untuk mempersingkat waktu praktik di sekolah. Wah, gak seru
dong kalau dua mata pelajaran IPA menggunakan metode yang sama.
Saya akhirnya teringat tawaran penerbitan buku. Mungkin ini
adalah saatnya saya berkolaborasi dengan siswa untuk menulis. Saya yakin mereka
akan mengerjakan dengan baik karena berkaitan dengan nilai ujian akhir yang
menentukan kelulusan. Pasti semuanya ingin lulus kan? Mungkin sedikit curang ini
ya, hehehe.
Untuk kepentingan membuat buku, saya meminta siswa melakukan
praktikum secara individu. Dengan demikian, laporan juga dibuat secara
individu. Agar biaya yang dibutuhkan minimal, saya membebaskan materi fisika
yang akan dipraktikkan. Paling penting adalah materi yang pernah diajarkan di
bangku SMA. Saya tidak menginformasikan bahwa laporan praktikumnya akan dibuat
buku. Agar nantinya bisa menjadi kejutan saat kelulusan.
Buku yang kami buat adalah buku kolaborasi. Artinya saya
juga harus menulis. Saya berpikir jika saya juga menulis dalam bentuk seperti
yang dibuat siswa kan gak seru. Apalagi buku ini saya niatkan bukan hanya
sebagai buku pembelajaran, melainkan juga sebagai kenang-kenangan. Sebab di
sekolah belum memiliki kewajiban untuk membuat buku kenangan.
Ketika berbincang dengan teman yang menawari penerbitan
buku, saya mendapatkan ide untuk menulis quote disertai foto-foto mereka. Anggap
sebagai pesan juga kenangan. Mungkin mirip konsep buku NKCTHI. Bedanya quote
dan gambarnya lebih kepada pesan khusus kepada siswa.
Saya mulai mencari foto-foto. Ternyata, foto yang saya punya
banyak yang tidak sesuai ekspektasi. Ada yang tidak terlihat wajah, blur atau
yang muncul hanya anak-anak itu saja. Duh, jadi bingung lagi.
Akhirnya ide terakhir adalah membuat quote untuk setiap
siswa serta membuat prolog dan epilog dalam bentuk foto dan quote. Saya berpikir
ini ide gampang. Tetapi ternyata susah.
Quote harus disesuaikan dengan karakter dan pesan yang akan
disampaikan kepada setiap siswa. Wow, saya harus melakukan editing berhari-hari
hanya demi sebuah quote. Hingga batas deadline yang diberikan kepada saya lewat
satu bulan. Ya, saya menyetorkan naskah terlambat satu bulan dari jadwal yang
ditentukan. Beruntung buku ini diterbitkan secara indie dan punya teman
sendiri, jika tidak mungkin buku saya sudah ditendang dari penerbitan, hahaha.
Dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan, buku berjudul
Belajar Fisika ala Siswa Sukapura telah sampai di rumah. Rasanya senang berlipat-lipat
melihat kolaborasi tulisan saya dan siswa sudah berbentuk buku. Sayang, karena
buku ini akan dijadikan kejutan saya belum berani update, bikin story atau
menulis di blog. Padahal tangan sudah tak sabar untuk tak tik tuk di atas
keyboard, * narsis banget yah, hehehe.
Sabtu tanggal 22 Juni 2019. Siswa-siswa kelas XII resmi
dikembalikan ke orang tua dalam bentuk wisuda. Kepada anak-anak IPA saya
berikan buku hasil tulisan mereka sebagai hadiah dan melakukan foto bersama.
Sore hingga malam hari, saya banyak melihat story ucapan
terima kasih di WhatsApp. Mayoritas menampilkan quote yang saya selipkan di bawah
setiap nama. Rasanya, legaaa banget sudah memberikan kenang-kenangan hasil
karya mereka sendiri.
Itulah kisah bagaimana mengajak siswa menulis buku fisika. Mungkin
sulit mengajak siswa menulis karena belum terbiasa, tetapi bukan hal yang tidak
mungkin. Biarkan saja mereka berproses. Yuk, bikin karya yang menyenangkan buat
orang-orang di sekitar kita.
Bu guru yang inspiratif. Siswanya akan sulit melupakan kreativitas bu Gurunya.
ReplyDeleteSaya bisa pesan bukunya mba ?
Aaamiiin... Semoga benar. Hehehe. Saya kirimkan bang, japri alamat via email ya... Terima kasih 😀😀
DeleteLama tidak bersua ya, kirain kemana gitu
DeleteSedang bertapa di lautan pasir Bromo yang sedang membeku, hahaha
Deletemaaf lom respon emailnya. Sempat baca trs lupa mau reply hehehe
DeleteSaya juga pernah dibeginikan oleh dosen. Waktu itu mata kuliahnya tentang sejarah peradaban Islam sih. Kami disuruh cari biografi tokoh ulama tertentu. Di akhri semester, jadi buku. Dan ada nama saya! Rasanya senang sekali meski 'buku bareng-bareng'.
ReplyDeleteKa Falkhi keren banget bisa jadi karya begitu :)
Terima kasih 😍😍.
DeleteWaaah, Dosennya keren itu. Pasti dosennya sulit dilupakan ya mbak. Hehe.
Saya dulu hanya pernah diminta menulis artikel saat ujian, walaupun tidak menjadi buku, artikelnya sempat saya kirimkan ke majalah kampus. Rasanya kayak jadi orang keren karena sudah berhasil kirim artikel. Gara-gara itu saya selalu mengingat dosen tersebut.
Keren banget ini idenya bu guru, bisa jadi bekal buat siswa-siswinya kelak... Atau bisa-bisa jadi blogger juga nih sepertinya bu gurunya hehee... Sukses selalu ya
ReplyDeleteTerima kasih... Aamiin, semoga bisa jadi kenang-kenangan, hehehe.
DeleteSalam sukses juga
Saya ikut senang.
ReplyDeleteTapi ya itu rata rata percetakan inde, biaya percetakan ditanggung penulis.
Tapi ya gimana lagi..kadang saya hanya prihatin.
Bolehlah bukunya dilempar kemari ,biar rak buku saya tambah banyak.
Terima kasih keikutsertaan nya dalam menyenangkan saya, eh, 😂😂😂.
DeleteMasih mau belajar menulis biar bisa lolos di penerbit mayor, hehehe.
UPS, 😂😂😂. Saya lihat dulu, kira-kira alamatnya masih saya simpan atau gak, 😀
Masya Allah, inspiratif sekali. Senangnya mereka dapat kenang-kenangan berupa buku yang ditulis oleh tangan sendiri.
ReplyDeleteIya biar sampai tua gak pernah lupa pengalaman masa SMA 😀😂😂
DeleteKenang-kenangan indah yang tak bakalan terlupakan. Kalau ibu gurunya mbak Falkhi, saya mau dong kembali jadi anak SMA lagi hehehe
ReplyDeleteSemoga benar mas Aris. Hehehe. Wah, jangan dong ntar jadi murid paling tua di SMA 😂😂😂
Deleteperlu belajar nih mbak, cara memotivasi siswa untuk menulis
ReplyDeleteAyo belajar bareng, biar bisa jadi motivator buat siswa, hehehe
Deletehehe anyway bapak saya juga salah satu pembuat buku fisika untuk grade senior high school kak :D kerenn ini.
ReplyDeleteWah, salam kenal buat bapak. Jadi ingin belajar buat nulis buku sama masternya, boleh gak ya, hehehe
DeleteInspiratif. Secara tidak sadar mendidik anak untuk membiasakan menulis sejak dini dan menanamkan kepada mereka bahwa menulis tidak harus ilmu/teori yang serius2, tapi justru cari terlebih dulu yang relate dengan kehidupan sehari-hari, misal kehidupan di sekolah, untuk kemudian dikaitkan dengan ilmu/teori yang ada, jadi lebih menarik & melatih kreativitas siswa. Oh ya, saya follower baru blog ini. Thx
ReplyDeleteIya betul. Teori terkadang bikin kita gak jadi menulis karena merasa selalu salah. Padahal harusnya menulis saja, salah itu bagian belakang. Apa kata pak editor, hehehe .
DeleteWah terima kasih sudah menjadi follower blog ini, 😊😊
Mantap nih kak.. emang harus sih yaaa membiasakan dari dini suka fisika.. karena emang menyenangkan.. like this kak
ReplyDeleteIya mbak, betul. Karena banyak hal seru. Biasanya yang sulit ketika masuk ke ilmu hitung 😂😂😂
Deletewowww, ternyata Mbak ini adalah Guru yang cerdas dan Pintar,karena pandai berbuat sesuatu yg kreatif.Buktinya sudah lahir " Buku Belajar Fisika ".
ReplyDeleteKayaknya patut Si Embak ini saya juluki " Guru Teladan Bagi Murid Di Zaman Now ".👍👍👍.
Terima kasih kang Nata. Aamiin, semoga doanya agar pintar dan cerdas dikabulkan, 😀😀😀.
DeleteSekarang saya masih jadi guru telatan kang, belum teladan 😂
Oke, thannk you.
ReplyDeletefisika memang pelajaran tersulit buat hamba
ReplyDeletebuktinya nilai ujian akhir hanya dapat 7
sedangkan mat malah 9