MASIGNASUKAv102
6861843026328741944

JARAK BUKAN ALASAN KARENA JARAK BERSIFAT RELATIF

JARAK BUKAN ALASAN KARENA JARAK BERSIFAT RELATIF
Add Comments
2019-11-01
Untuk suatu hal tertentu, terkadang kita mengatakan jarak sebagai alasan. Contoh, tidak dapat hadir di suatu acara, alasannya karena jarak yang jauh. Tidak dapat bertatap muka, alasannya jarak yang menghalangi. Bahkan mungkin tidak memberi kabar kepada keluarga dengan alasan kita dan keluarga sedang terpisah oleh jarak. Duh, jarak menjadi alasan padahal jarak itu relatif.



Misal bagi saya jarak 50 km itu dekat. Saya anggap dekat karena setiap hari harus melakukan perjalanan sekitar 150 km. Wajar kan kalau jarak sepertiga dari perjalanan saya itu saya anggap dekat? Tetapi bagi orang yang setiap harinya melakukan perjalanan sekitar 10 km maka jarak 50 km itu sangat jauh. Relatif kan?


Saya jadi ingat konsep relativitas dalam fisika. Jarak yang masuk keluarga besaran panjang dinyatakan memiliki fenomena dengan nama kontraksi panjang. Kontraksi panjang adalah fenomena penyusutan ukuran benda karena pengamat yang mengukur benda tersebut sedang bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Sebagai info, cahaya bergerak dengan kecepatan mendekati 300 juta km per detik. Jangan dibayangkan bagaimana kecepatannya, nanti bisa pusing, hehehe.

Mengapa panjang benda bisa berubah? sebab sang pengamat sedang bergerak dengan arah yang sejajar. Pergerakan ini membuat panjang bisa berkontraksi. Berubah lebih pendek dari ukuran dari yang asli.

Sama halnya dengan konsep kontraksi panjang, begitulah adanya jarak bagi saya. Kita mengatakan dekat karena kita sedang bergerak sejajar dengan tujuan kita. Sedangkan bagi yang mengatakan jarak itu jauh, mungkin karena kita sedang diam atau pergerakan kita berlawanan arah dengan tujuan yang dimaksud.

Sebab saat ini pun, jarak ribuan kilo bisa ditempuh hanya dalam waktu beberapa detik. Kok bisa? Lewat perkembangan teknologi, kita bahkan bisa melakukan video call dengan teman yang berada di bumi belahan lain. See? Jarak tidak sejauh yang ada dipikiranmu.

Perkembangan teknologi juga mengingatkan saya bahwa konsep fisika klasik tentang listrik tidak lagi bisa diterapkan. Hukum Coulomb menyatakan semakin lebar jarak maka gaya interaksi akan semakin besar, begitu pun sebaliknya. Namun hari ini kita bisa melihat bahwa jarak bukanlah alasan adanya interaksi. Toh, orang yang sedang duduk berdua alias secara klasik bisa dikatakan gaya interaksinya sangat besar, bisa saja tidak ada interaksi. Tidak saling menyapa selama berjam-jam karena keduanya sibuk main hp. Dia yang jauh semakin dekat dan aku yang dekat semakin jauh. Ups, hehehe.

Dengan demikian, fisika klasik untuk dimensi abad ini hampir tak berarti sebab konsep fisika modern yang memegang kendali. Seperti halnya jarak yang kini sudah bersifat relatif berbeda dengan sebelumnya yang bersifat statis. Jarak bisa dianggap dekat dan bisa juga jauh, tergantung dari pergerakan tubuh dan pikiran kita dari tujuan yang dimaksud. Jika pergerakannya sejajar, jarak bisa dekat namun jika pergerakannya berlawanan arah maka kata jauh yang menjadi alasan

Berdasarkan uneg-uneg jarak, maka saya menyarankan agar tak lagi menjadikan jarak sebagai sebuah alasan dalam suatu permasalahan. Apalagi alasan untuk pembenaran. Jadikan jarak sebagai kambing putih bukan kambing hitam, hehehe.

Salam hangat dari jarak yang tak menjadi alasan.
Qudsi Falkhi

Teacher who loves books and traveling, contact me --> falkhi@gmail.com

  1. Jika A dan B terpisah 150 km, berapa peluang C menikung pacar si A?

    ReplyDelete
  2. hehehehhehehheee lucu2 baca comentya hahahahhaaa....bener kak jarak mau segimanapun ga harus jadi alasan yaaaa.. untuk ga setia

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak Vika, jangan jadi alasan utama kalau untuk yang kedua atau ketiga, boleh hehe

      Delete
  3. Wow, mind blowing, baru kali ini saya baca teori relativitas khusus dikemas dalam tulisan yang menarik. Setuju banget sih kalau jarak itu relatif, kalau 'sejajar' sama tujuan kita, jauh-jauh pun dibelain.

    PS: Kecepatan cahaya itu 300 rb km/s bukan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, akan diperjuangkan sepenuh hati.
      Eh iya, 300 ribu km/s atau 300 juta m/s. Terima kasih koreksinya... Yang nulis lagi ngantuk, salah ketik satuan... Hehehe

      Delete
    2. Top ranking:: betul betul betul .. hehe

      Delete
  4. saya setuju mbak, namun gimana tu ya kesetiaan sepesang kekasih yang sering hancur karena jarak, apa yang salah ya, salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gak salah, maksudnya bukan hal yang utama karena kalau sudah sepakat berjauhan artinya sudah tidak ada alasan karena jarak. Sebab kalau jarak yang utama, tidak mungkin bersepakat bersama untuk saling berjauhan.. cmiiw hehe

      Delete
  5. saya setuju dengan mbak qudsi bahwa jarak bukan ukuran dan menjadi alasan, akan tetapi dalam sisi sosial, terkadang jarak itu bisa jadi penentu hubungan keduanya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, jarak bukanlah hal yang utama. Tetapi jika dibiarkan bisa memicu terjadinya perpisahan, hehe

      Delete
  6. sebuah teori relatifitas yang di kemas berbeda...jadi seneng nih belajar model gini

    ReplyDelete
  7. Sepakatttt!!! Jgn jdikan jarak sbg alasan untuk pembenaran.. Hhh
    Karena memang jarak itu relatif

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul mbak Ella... Jadikan jarak sebagai teman hidup saja, hahaha

      Delete
  8. Kereenn penjelasannya bu guru, ternyta ilmu fisika berguna juga yah d kehiduapan sehari2 hihi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha.. itu, iseng-iseng berhadiah. Kalau ilmu fisika memang banyak penerapannya dalam kehidupan sehari-hari...

      Delete