MASIGNASUKAv102
6861843026328741944

MEMAHAMI PRIVILESE MELALUI NOVEL THE PRIVILEGED ONES

MEMAHAMI PRIVILESE MELALUI NOVEL THE PRIVILEGED ONES
Add Comments
2025-11-18

Saya baru saja membaca novel berjudul The Privileged Ones karangan Mutiarini. Novel ini menceritakan tentang Rara, seorang mahasiswi komunikasi yang sedang mengerjakan tugas mata kuliah Publisitas. Bagi Rara, tugas dalam bentuk kompetisi membuat konten Youtube yang bermanfaat ini bukan hanya sekedar untuk mendapatkan nilai. Melainkan juga sebagai cara untuk bisa menyelesaikan kuliahnya. Melalui perjuangan Rara dalam meraih juara sekaligus impiannya menjadi sarjana, penulis menyematkan penjelasan tentang apa dan bagaimana privilese. Paparan yang disajikan melalui narasi dan dialog tersebut membuat saya akhirnya bisa memahami hakikat privilese yang sebenarnya. Tidak percaya? Teruskan saja membaca tulisan ini, hehehe.


Saya sering mendengar kata privilese ketika ada perseteruan antara X vs Y di media sosial. Dengan X mencerminkan kekayaan, kecantikan, kekuasaan dan sederet materi yang lain, sedangkan Y merupakan keadaan antonim dari X. Maka tak ayal, kata tidak sadar privilese menjadi salah satu pembenaran diantara kedua peseteruan.

Seperti konflik yang dituturkan dalam novel. Diva, teman kuliah Rara digambarkan sebagai mahasiswi cantik, kaya, tinggal di kota besar dan memiliki orang tua terpandang. Sedangkan Rara memiliki kondisi yang berkebalikan. Ia berasal dari kota kecil, tidak memiliki biaya untuk kuliah selain dari beasiswa, bekerja untuk membiayai hidup di perantauan, dan memiliki orang tua yang berpandangan menikah lebih baik daripada kuliah. Rara selalu merasa rendah diri di hadapan Diva dan berprasangka bahwa Diva memiliki kehidupan istimewa dengan semua privilese yang dimiliki.

Apakah benar, privilese hanya diperuntukkan bagi orang-orang tertentu saja? Seperti yang dipikirkan Rara.

KBBI mendefinisikan privilese sebagai hak istimewa. Sementara Bang AI menjelaskan privilese dalam literatur ilmiah sebagai hak atau keuntungan yang diberikan dalam kondisi sosial tertentu. Disebutkan juga, privilese tidak hanya berkisar tentang apa yang kita punya melainkan juga apa yang tidak harus kita lakukan karena sistem sudah tersedia untuk kita.

Berdasarkan makna privilese, maka privilese bisa menyangkut berbagai hal dalam berbagai bidang. Seperti ekonomi, sosial, hukum, pendidikan, kesehatan hingga agama. Baik berupa hak menggunakan, mendapatkan atau mungkin kebebasan dalam melaksanakan kegiatan di bidang-bidang tersebut.

Karena itu sebenarnya, privilese tidak hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu melainkan semua orang memiliki privilese. Namun dalam bentuk yang berbeda-beda. Sebab jika ditilik dari sisi istimewa, maka setiap orang memiliki keistimewaannya masing-masing. Sesuai dengan anugerah yang diberikan oleh Tuhan.

Privilese ada yang tampak sehingga mudah terlihat, ada juga yang tidak tampak sehingga perlu waktu untuk menyadarinya. Seperti yang kemudian disadari Rara. Ia memiliki privilese berupa kecerdasan di atas rata-rata sehingga setiap tahun selalu mendapat predikat sebagai mahasiswa berprestasi. Namun ia tidak menyadarinya. Hingga suatu hari Diva bercerita bahwa ia iri di hadapan Rara. Sebagai anak broken home yang ikut di keluarga baru salah satu orang tua, Diva ingin memiliki kepintaran seperti Rara. Alasannya karena ia hidup dengan kedua kakak tiri yang memiliki kepintaran luar biasa. Walau kedua kakak Diva menyayanginya tanpa syarat, namun Diva selalu merasa rendah diri dalam keluarga barunya.

Ternyata rumput tetangga memang terlihat lebih hijau dan lebih subur dibandingkan rumput di tanah sendiri, hehehe.

Setelah melewati lika-liku konflik hingga ajang jambak dan curhat, Rara dan Diva kemudian memutuskan memanfaatkan privilese yang dimiliki untuk membantu orang lain. Keduanya bekerja sama mencari bantuan dan dukungan untuk pengobatan anak dari pemilik warung di kampusnya.

Sebuah penutup luar biasa dari novel yang mengajarkan arti tentang hakikat privilese. Sebab adanya privilese bukan untuk dibanggakan melainkan untuk dipergunakan dan dimanfaatkan, utamanya dalam membuka jalan bagi orang-orang yang membutuhkan.

Dengan demikian, kita tidak perlu rendah diri atau bangga diri. Cukup berjuang dengan setiap privilese yang dimiliki, agar hidup kita menjadi berarti. Seperti yang dikatakan dalam novel, “Siapapun kita, hidup tidak akan pernah mudah. Namun, semesta selalu membuka celah bagi mereka yang menolak menyerah.”

Jadi, apakah sudah puas dengan pemahaman yang saya miliki tentang apa dan bagaimana privilese? Jika belum, mari kita ngopi saja dan bercerita lebih lanjut tentang privilese. Mungkin pemahaman kita akan menjadi lebih sempurna. Hehehe.

Qudsi Falkhi

Teacher who loves books and traveling, contact me --> falkhi@gmail.com