Saya baru saja membaca novel berjudul The Privileged Ones
karangan Mutiarini. Novel ini menceritakan tentang Rara, seorang mahasiswi
komunikasi yang sedang mengerjakan tugas mata kuliah Publisitas. Bagi Rara, tugas
dalam bentuk kompetisi membuat konten Youtube yang bermanfaat ini bukan hanya
sekedar untuk mendapatkan nilai. Melainkan juga sebagai cara untuk bisa
menyelesaikan kuliahnya. Melalui perjuangan Rara dalam meraih juara sekaligus
impiannya menjadi sarjana, penulis menyematkan penjelasan tentang apa dan
bagaimana privilese. Paparan yang disajikan melalui narasi dan dialog tersebut
membuat saya akhirnya bisa memahami hakikat privilese yang sebenarnya. Tidak
percaya? Teruskan saja membaca tulisan ini, hehehe.
Saya sering mendengar kata privilese ketika ada perseteruan antara X vs Y di media sosial. Dengan X mencerminkan kekayaan, kecantikan, kekuasaan dan sederet materi yang lain, sedangkan Y merupakan keadaan antonim dari X. Maka tak ayal, kata tidak sadar privilese menjadi salah satu pembenaran diantara kedua peseteruan.
Seperti konflik yang dituturkan dalam novel. Diva, teman
kuliah Rara digambarkan sebagai mahasiswi cantik, kaya, tinggal di kota besar dan
memiliki orang tua terpandang. Sedangkan Rara memiliki kondisi yang berkebalikan.
Ia berasal dari kota kecil, tidak memiliki biaya untuk kuliah selain dari
beasiswa, bekerja untuk membiayai hidup di perantauan, dan memiliki orang tua
yang berpandangan menikah lebih baik daripada kuliah. Rara selalu merasa rendah
diri di hadapan Diva dan berprasangka bahwa Diva memiliki kehidupan istimewa dengan
semua privilese yang dimiliki.
Apakah benar, privilese hanya diperuntukkan bagi orang-orang
tertentu saja? Seperti yang dipikirkan Rara.
KBBI mendefinisikan privilese sebagai hak istimewa. Sementara
Bang AI menjelaskan privilese dalam literatur ilmiah sebagai hak atau
keuntungan yang diberikan dalam kondisi sosial tertentu. Disebutkan juga, privilese
tidak hanya berkisar tentang apa yang kita punya melainkan juga apa yang tidak
harus kita lakukan karena sistem sudah tersedia untuk kita.
Berdasarkan makna privilese, maka privilese bisa menyangkut
berbagai hal dalam berbagai bidang. Seperti ekonomi, sosial, hukum, pendidikan,
kesehatan hingga agama. Baik berupa hak menggunakan, mendapatkan atau mungkin
kebebasan dalam melaksanakan kegiatan di bidang-bidang tersebut.
Karena itu sebenarnya, privilese tidak hanya dimiliki oleh
orang-orang tertentu melainkan semua orang memiliki privilese. Namun dalam
bentuk yang berbeda-beda. Sebab jika ditilik dari sisi istimewa, maka setiap
orang memiliki keistimewaannya masing-masing. Sesuai dengan anugerah yang
diberikan oleh Tuhan.
Privilese ada yang tampak sehingga mudah terlihat, ada juga
yang tidak tampak sehingga perlu waktu untuk menyadarinya. Seperti yang
kemudian disadari Rara. Ia memiliki privilese berupa kecerdasan di atas
rata-rata sehingga setiap tahun selalu mendapat predikat sebagai mahasiswa
berprestasi. Namun ia tidak menyadarinya. Hingga suatu hari Diva bercerita
bahwa ia iri di hadapan Rara. Sebagai anak broken home yang ikut di keluarga
baru salah satu orang tua, Diva ingin memiliki kepintaran seperti Rara. Alasannya
karena ia hidup dengan kedua kakak tiri yang memiliki kepintaran luar biasa. Walau
kedua kakak Diva menyayanginya tanpa syarat, namun Diva selalu merasa rendah
diri dalam keluarga barunya.
Ternyata rumput tetangga memang terlihat lebih hijau dan
lebih subur dibandingkan rumput di tanah sendiri, hehehe.
Setelah melewati lika-liku konflik hingga ajang jambak dan curhat,
Rara dan Diva kemudian memutuskan memanfaatkan privilese yang dimiliki untuk
membantu orang lain. Keduanya bekerja sama mencari bantuan dan dukungan untuk pengobatan
anak dari pemilik warung di kampusnya.
Sebuah penutup luar biasa dari novel yang mengajarkan arti
tentang hakikat privilese. Sebab adanya privilese bukan untuk dibanggakan
melainkan untuk dipergunakan dan dimanfaatkan, utamanya dalam membuka jalan
bagi orang-orang yang membutuhkan.
Dengan demikian, kita tidak perlu rendah diri atau bangga
diri. Cukup berjuang dengan setiap privilese yang dimiliki, agar hidup kita
menjadi berarti. Seperti yang dikatakan dalam novel, “Siapapun kita, hidup
tidak akan pernah mudah. Namun, semesta selalu membuka celah bagi mereka yang
menolak menyerah.”
Jadi, apakah sudah puas dengan pemahaman yang saya miliki
tentang apa dan bagaimana privilese? Jika belum, mari kita ngopi saja dan
bercerita lebih lanjut tentang privilese. Mungkin pemahaman kita akan menjadi
lebih sempurna. Hehehe.
Posted by 

comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~