Bali adalah salah satu destinasi wisata favorit saat hari
libur tiba. Keindahan alam yang bersanding dengan keelokan budaya di pelaminan
wisata seakan menghipnotis wisatawan untuk lagi dan lagi berkunjung ke Bali. Tak
heran jika TripAdvisor mengukuhkan Bali sebagai destinasi terbaik dari 25 destinasi
terbaik di seluruh dunia untuk penghargaan Travellers Choice kategori destinasi
wisata terbaik tahun 2017. Prok, prok, prok!
Bali memiliki aneka ragam wisata menarik yang dapat dikunjungi,
antara lain pantai, danau, air terjun, pura, desa wisata, hingga pusat belanja
khas Bali. Saya sendiri lebih sering berkunjung ke pantai saat berkunjung ke
Bali. Salah satu wisata pantai favorit ala falkhi adalah Tanjung Benoa.
Alasannya karena saya bisa melihat hewan yang unyu-unyu, hehehe. Selain penyu,
Tanjung Benoa juga menarik karena penuh dengan ragam aktivitas permainan air.
Salah satunya adalah Parasailing, permainan yang bertujuan untuk menikmati
keindahan wilayah pantai Tanjung Benoa dari ketinggian dengan menaiki parasut
yang ditarik oleh speed boat.
Parasailing termasuk permainan yang menguji nyali. Sebab, ketinggian
parasutnya gak main-main, bisa sampai 70-100 m di atas permukaan laut. Bagi
penyuka kegiatan ekstrim, parasailing merupakan ajang untuk uji nyali yang
sesungguhnya. Tetapi jangan coba-coba deh bagi yang punya penyakit jantung atau
phobia ketinggian. Khawatir pingsan saat terbang, hihihi.
Sebelumnya, saya hanya menjadi penonton kegiatan parasailing
ketika berkunjung ke Tanjung Benoa. Sebenarnya ingin menguji nyali tetapi
merasa takut karena tidak bisa berenang. Apa hubungannya dengan berenang,
parasailing kan terbang? Terbangnya di atas air lho, kalau ada apa-apa dengan
angin dan parasutnya, bisa jadi saya jatuh ke laut. Laut bukan bathub ya,
ingat!
Tahun ini saya kembali datang ke Tanjung Benoa, lalu melihat
kembali kegiatan parasailing. Entah karena ekspresi muka atau sedang iseng,
tiba-tiba salah satu teman menantang saya mencoba parasailing. Katanya sih untuk
tes jantung, kalau berhasil artinya jantung saya sehat. Huaaa... gak gitu juga
kan tes jantungnya?
Setelah bermenit-menit menonton dan mendengar pengalaman
seorang siswa yang memutuskan parasailing, akhirnya saya memutuskan untuk ikut mencoba.
Bagaimana rasanya? Seru dong, hahaha. Penasaran? Berikut pengalaman saya
mencoba parasailing sebagai bentuk uji nyali dan uji kesehatan jantung.
Daftar dan Bayar
Sebelum mencoba parasailing kita harus mendaftar dan
membayar tiket. Biaya yang dipatok untuk parasailing tunggal adalah 100 ribu.
Harga tersebut sudah termasuk asuransi. Harga bisa lebih murah jika sebelumnya kita
memesan secara online atau memesan paket tour di Tanjung Benoa.
Menggunakan Alat Parasailing
Setelah membayar uang untuk kegiatan parasailing, saya diminta
berkumpul di pos persiapan. Lokasinya berada di depan pertokoan sekitar pantai.
Sudah ada beberapa orang disana. Kami kemudian diminta melepas alas kaki dan
memakai jaket pelampung serta harness (dudukan parasut).
Bagi yang menggunakan kacamata, petugas akan memberi karet untuk mengaitkan kacamata ke kepala agar kacamata tidak lepas saat mengangkasa.
Harness penumpang parasailing yang terjatuh karena tali putus (artirticlecles.sun-sentinel.com) |
Bagi yang menggunakan kacamata, petugas akan memberi karet untuk mengaitkan kacamata ke kepala agar kacamata tidak lepas saat mengangkasa.
Pakai peralatan dulu ya |
Menyimak Arahan Pemandu
Setelah peralatan parasailing terpasang dengan benar di
badan. Kami diminta untuk menyimak penjelasan pemandu tentang aturan main
parasailing.
Pertama, menghafal slop warna di tali kemudi (control line) parasut. Ada empat tali kemudi, yakni dua di depan (leading edge) dan dua di belakang (trailing edge). Tali yang diberi slop warna adalah bagian leading edge. Ada dua slop warna, yakni merah di tangan kiri dan biru di tangan kanan.Kedua, mematuhi arahan pemandu. Saat di angkasa pemandu akan memberikan aba-aba melalui speaker. Ada tiga aba-aba yang diberikan yakni lepas untuk melepas tali kemudi, tahan untuk memegang tali kemudi, dan tarik untuk menarik dengan kuat tali kemudi.Aba-aba lepas diberikan saat parasut sudah stabil di angkasa. Sedangkan aba-aba tahan dan tarik diberikan saat akan melakukan pendaratan.Ketiga, bersikaplah rileks saat di udara dan nikmati keindahan pantai Tanjung Benoa.Keempat, saat akan mendarat, tarik dengan kuat tali kemudi yang diminta dengan kedua tangan. Selain menggunakan speaker, aba-aba juga dilakukan dengan mengibarkan bendera. Tarik tali kemudi yang memiliki slop warna sama dengan bendera yang diberikan pemandu. Tahan hingga pemandu memberikan aba-aba bendera yang berbeda.Kelima, luruskan kaki ketika akan melakukan pendaratan. Beberapa petugas akan bersiap untuk membantu dalam pendaratan.
Satu putaran permainan parasailing berkisar antara 4-5 menit
dengan titik awal dan akhir berada di pantai. Waktu 4-5 menit itu elastis ya,
bisa pendek bagi yang menikmati namun bisa sangat lama bagi yang merasa
ketakutan, hehehe.
Antri Dulu...
Saat saya memutuskan mencoba parasailing, ternyata ada
banyak orang yang juga ingin mencoba. Karena banyak wisatawan yang ingin
mencoba, maka saya harus antri. Kami diminta antri di dekat titik pendaratan. Hal
ini dikarenakan kita harus bersiap lari jika parasut dari wisatawan sebelumnya
sudah mendarat sempurna.
Antri dulu ya |
Waktunya Parasailing
Ketika antrian tiba pada saya, rasanya campur aduk. Antara
takut, gelisah, dan mencoba berani. Saya mencoba mengobrol dan bercanda dengan
wisatawan lain untuk menghilangkan rasa nano-nano seraya merapal doa. Semoga
saya bisa selamat.
Saat pengunjung sebelumnya mendarat, pemandu berteriak agar
saya berlari. Setelah saya mendekat, petugas segera mengaitkan harness ke tali
kemudi dan memberi perintah, “ayo lari, lari.”
Berlari menuju pantai |
Saya berlari kecil menuju pantai sambil memegang erat tali
kemudi. Lalu, secara perlahan-lahan kedua telapak kaki menjauh dari daratan
tanah pasir. Badan saya mulai terasa ringan karena parasut bergerak naik mengangkasa
di atas laut Tanjung Benoa. Tiba-tiba terdengar pemandu memberi komando,
“lepas, lepas.” Artinya parasut sudah stabil dan saya bisa melepas pegangan
pada tali kemudi.
Tetapi yakin nih mau dilepas? Awalnya saya mengikuti
perintah untuk melepas tali kemudi dan mulai rileks menikmati pemandangan. Namun,
begitu melepas pegangan, saya merasa melayang-layang. Eh, emang melayang sih,
tetapi rasanya itu lho. Hahaha.
Saya pun kembali memegang tali kemudi dan berusaha tenang
dengan menarik nafas panjang berkali-kali seraya memandang lautan. Mencoba
menikmati keindahan alam. Setelah kondisi tenang dan bisa menikmati, saya malah
merosot dari seat pad dan membuat badan berdiri melayang.
Hiyaaa... ketenangan pun langsung menguap. Berdiri di atas
puluhan meter permukaan laut yang sungguh menawan ternyata belum memudarkan
ketakutan akan ketinggian. Saya berkali-kali merapal doa, menutup dan membuka
mata sambil mencari titik pendaratan di pantai. Khawatir saya salah komando dan
salah pendaratan.
Telapak tangan mulai perih karena terlalu erat memegang tali
kemudi parasut. Maunya rileks, tapi kaki yang melayang dan badan yang terhempas
angin membuat jantung mati rasa. Untunglah beberapa saat kemudian, saya melihat
bendera biru dikibarkan dan terdengar komando dari mikrofon, “tarik, tarik,
tahan.”
Saya segera menarik tali kemudi berwarna biru menggunakan
kedua tangan. Saya menarik dengan kuat khawatir parasut tidak bisa mendarat. Setelah
parasut terbang rendah, pemandu kembali meneriakkan perintah. “Lepas. Tarik
merah.” Bendera merah dikibarkan. Saya segera berpindah pegangan. Menarik
dengan kuat tali kemudi dengan slop merah.
Saya lega bisa melihat pasir putih di bawah kaki. Tapi, kok
belum sampai juga. Parasut juga masih melayang dan ada beberapa tenda di
sekitar pantai. Huaaa, saya gak mungkin menabrak tenda kan?
Dalam kondisi khawatir, tiba-tiba kedua kaki saya ditarik.
Ada 2-3 orang yang bertugas membantu pendaratan. Hup. Kedua telapak kaki saya
menyentuh pasir putih. Legaaa. Petugas segera melepas kaitan antara tali kemudi
dan harness lalu meminta saya berlari menjauhi parasut. Pendaratan harus
dilakukan dengan cepat karena wisatawan yang antri selanjutnya sudah bersiap.
Jadi, tidak boleh ada aksi muntah-muntah atau hilang kendali ya.
Saya sendiri tetap berlari walaupun kondisi pikiran belum
100%. Saya baru berhenti saat tiba di pos persiapan. Petugas dengan cekatan
melepas harness dan jaket pelampung. Setelah itu saya mendekati kran air,
menampung air di kedua tangan dan mengusapkan ke wajah. Pikiran terasa lega dan
jantung kembali berdetak. Akhirnya, saya berhasil menaklukkan ketakutan terbang
di atas air. Saya juga bersyukur masih bisa menjejak di tanah kembali. Hehehe.
Itulah pengalaman pertama saya bermain parasailing. Sungguh,
parasailing merupakan uji nyali yang sesungguhnya bagi pecinta travelling
ekstrim. Siapa mau mencoba? Jangan mengajak saya ya. Hahaha.
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~