MASIGNASUKAv102
6861843026328741944

PERNAH MERASAKAN TRAUMA?

PERNAH MERASAKAN TRAUMA?
Add Comments
2016-07-28
Arti trauma dalam bahasa Yunani adalah luka. Luka yang dimaksud dalam trauma terbagi menjadi dua, yaitu luka fisik dan luka psikis. Luka fisik adalah luka akibat kecelakaan, benturan, pukulan, dll yang menyebabkan salah satu anggota tubuh terluka. Sedangkan luka psikis adalah rasa emosional yang menyakitkan atau menyedihkan sehingga berdampak pada rasa tidak aman dan tidak berdaya yang dirasakan secara terus-menerus. Nah, tulisan kali ini hanya akan membahas tentang trauma psikis.

Sumber : safeharborshelter.com


Menurut saya, trauma psikis tidak harus berhubungan dengan hal-hal besar seperti trauma karena perceraian atau percintaan, trauma dapat terjadi karena hal-hal kecil. Contoh, saya tidak suka ikan tongkol karena saat pertama kali makan ikan tongkol daging hitamnya terasa pahit dilidah. Rasa pahit itu membekas dalam ingatan saya hingga saat ini, padahal kejadian tersebut sudah 20 tahunan berlalu. Mungkin benar apa yang dikatakan orang, bahwa trauma masa kecil lebih sulit dihilangkan.

Beruntung itu hanya masalah kecil, bagaimana dengan trauma terhadap peristiwa yang sangat menyakitkan bagi anak? Seperti kehilangan orang yang paling disayang karena meninggal atau perceraian. Tentunya, peristiwa tersebut akan meninggalkan trauma yang sangat mendalam.

Saya pernah mengalaminya saat usia awal remaja. Adik yang saya nanti-nantikan kahadirannya bertahun-tahun tiba-tiba harus kembali pada Sang pencipta. Kehilangan yang mendalam membuat saya lemah, baik secara fisik maupun psikis. Saya jatuh sakit, pikiran pun demikian. Tidak ada harapan untuk kembali melanjutkan hidup. Saya tinggalkan sekolah selama berbulan-bulan. Bahkan, saya mencoba melakukan usaha bunuh diri. Walaupun, pada akhirnya saya batalkan dan kembali melanjutkan hidup dengan masuk sekolah.

Apakah peristiwa kehilangan itu dapat saya lupakan? Tidak. Kehilangan dan keputusasaan saya menjadi trauma yang membayangi kehidupan saya selanjutnya.

Lalu, bagaimana saya bisa menghilangkan trauma tersebut?

Kepercayaan, komunikasi, dan rasa aman adalah kunci penting agar bisa menghilangkan suatu trauma. Ketiga poin tersebut tidak hanya diusahakan oleh penderita trauma, melainkan juga orang-orang yang ada disekitarnya seperti orang tua, keluarga, dan teman-teman. Semakin cepat ketiga poin tersebut dilakukan, akan semakin cepat pula proses penyembuhan trauma.

Saya sendiri butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa menghilangkan rasa trauma. Mengapa begitu lama? Karena kurangnya komunikasi dengan orang tua, keluarga, dan teman-teman. Terlebih lagi, saya termasuk orang berkategori introvert. Tidak mudah untuk menceritakan hal pribadi, selain kepada orang yang diyakini dapat dipercaya dan dapat memberikan rasa aman. Oleh sebab itu, selama bertahun-tahun saya cenderung tidak membicarakan apa yang pernah terjadi. Bukan lupa, tetapi untuk menutupi rasa trauma yang belum juga menghilang.

Bagaimana dampak trauma terhadap perkembangan psikologi seseorang?

Jika mengingat apa yang pernah saya rasakan, trauma menyebabkan perubahan karakter yang bisa berlawanan arah dengan karakter sebenarnya. Misal, yang awalnya ceria menjadi pendiam. Pemberani menjadi penakut. Penuh empati menjadi acuh. Perubahan itu disebabkan bayang-bayang peristiwa yang pernah terjadi sehingga menimbulkan keinginan untuk menghindar dari bercerita dan bertemu hal-hal yang dapat mengingatkan kembali pada peristiwa tersebut. Maka, menjadi pendiam dan acuh adalah sikap yang menjadi pilihan favorit penderita trauma.

Bagaimana menghindari suatu trauma?

Mudah, jadikanlah mental kita sekuat baja dan hati selapang samudra. Dengan demikian, kita bisa lebih ikhlas menerima segala takdir hidup. Tidak ada rasa sakit hati ataupun dendam. Begitu pun jika kita dihinggapi rasa trauma. Segera belajar untuk menerima dan lapang hati agar trauma dapat segera menghilang.

Ngomong-ngomong tentang trauma, hari ini saya menerima pendapat teman-teman bahwa resolusi awal tahun saya tidak segera terlaksana karena trauma masa lalu. Apakah benar seperti itu? Saya sendiri bingung, karena saat ini merasa tidak memiliki masalah serius dengan apa yang sudah terjadi di waktu lampau. Saya merasa sudah benar-benar lupa. Jadi, apa kali ini saya masih mengalami trauma?







 

Qudsi Falkhi

Teacher who loves books and traveling, contact me --> falkhi@gmail.com