Globalisasi mulai banyak
diperbincangkan sejalan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
Terutama teknologi informasi, dimana semua orang bebas berkomunikasi dan
berinteraksi tidak hanya antar kota, atau provinsi melainkan juga antar negara.
Menghapuskan batas geografis, bahkan juga ras dan etnis. Akibatnya terjadi
perubahan dan pergeseran di berbagai aspek. Ekonomi, politik, sosial, budaya
dan pendidikan.
Sumber : www.shydgm.com |
Memasuki globalisasi sama halnya dengan memasuki
dunia yang penuh persaingan dalam berbagai segi kehidupan. Persaingan memunculkan pemahaman daya saing bangsa.
Berkaitan dengan itu, Hatten dan Resenthal (2000:5) menyatakan bahwa penguasan
bidang ilmu dan teknologi dalam kadar yang memadai sangat diperlukan agar
masyarakat dapat meningkatkan kemampuan kreativitas, pengembangan, dan
penerapan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) sebagai tuntutan yang mutlak
dalam kehidupan global.
Globalisasi
dapat dimaknai sebagai sebuah penyeragaman seluruh aspek kehidupan manusia di
seluruh dunia (Martono, 2010:108). Sehingga perubahan dan pergeseran aspek
ekonomi, politik, sosial, budaya dan pendidikan mengikuti budaya global yang
akhirnya menimbulkan persaingan untuk bisa berkiprah dalam budaya global. Dalam
dunia pendidikan pergeseran terjadi pada kualitas dan orientasi tujuan yang
diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan pasar global di tingkat
internasional.
Masyarakat
berkualitas yang sadar akan fungsi dan peranannya dalam masyarakat dunia yang
terbuka dan penuh persaingan hanya dapat dihasilkan oleh suatu sistem
pendidikan yang berkualitas pula. Yakni sistem pendidikan yang berwawasan
global sebagai transformasi untuk menjawab tuntutan baru dalam
globalisasi.
Zamroni (2003) menuliskan pendidikan di era globalisasi atau pendidikan berwawasan global dapat dikaji berdasarkan dua perspektif, kurikuler dan reformasi. Berdasarkan perspektif kurikuler, pengembangan pendidikan berwawasan global memiliki implikasi ke arah perombakan kurikulum pendidikan. Mata pelajaran dan mata kuliah yang dikembangkan tidak lagi bersifat monolitik melainkan lebih banyak yang bersifat integratif. Lebih ditekankan pada kajian yang bersifat multidispliner, interdisipliner dan transdisipliner. Sependapat dengan Aronowitz (2000) tentang tren globalisasi yang melahirkan hybrid science. Artinya pengotakan ilmu pengetahuan telah terbongkar sehingga pandangan keilmuwan seseorang tidak terbatas pada perspektif disiplinnya yang sempit tetapi juga adanya cross fertilization antar ilmu.
Berdasarkan perspektif reformasi, pendidikan berwawasan global menuntut
kebijakan pendidikan tidak semata sebagai kebijakan sosial, melainkan suatu
kebijakan yang berada di antara kebijakan sosial dan kebijakan yang mendasarkan
mekanisme pasar. Oleh karena itu, pendidikan harus memiliki kebebasan dan
bersifat demokratis, fleksibel dan adaptif.
Hal ini juga dinyatakan oleh Edison A. Jamli (2005) bahwa globalisasi memiliki dampak yang besar bagi perubahan pendidikan, baik secara system maupun kurikulum yang diajarkan, sehingga penting menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para siswa mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab. Di samping itu, pendidikan dalam era globalisasi harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini juga dinyatakan oleh Edison A. Jamli (2005) bahwa globalisasi memiliki dampak yang besar bagi perubahan pendidikan, baik secara system maupun kurikulum yang diajarkan, sehingga penting menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global demokratis. Pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para siswa mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab. Di samping itu, pendidikan dalam era globalisasi harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat.
Rujukan
Hatten, K.J.
& Rosenthal, S.R. 2001. Reaching for the Knowledge Edge. New York:
Amrican Management Association.
Martono, Nanang. 2010. Pendidikan
Bukan tanpa Masalah: Mengungkap Problematika Pendidikan dari Perspektif
Sosiologi. Yogyakarta: Gava Media
Zamroni. 2003. Paradigma
Pendidikan Masa Depan. Jakarta: Bag.
Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SMU.
Aronowitz, Stanley. 2000. The
Knowledge Factory, Dismantling the Corporate University and Creating True
Higher Learning. Boston: Beacon Press
Jamli, Edison,
dkk. 2005. Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi Akasara
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~