“Ktnya mw ngajarin berwirausaha nih?”
“G slh org, jstru prlu diajari”
“Kn g pny usaha...mw ngajarin ap?”
“G ckp gji guru?”
“Ap smwny d ukur dg gaji?”
“Itulah... knp d indonesia jrg bgt s'orang berprofesi dgn professional”
Penggalan perbincangan dengan seorang teman, yang sempat membuat terbangun dari impian. Apakah ini tanda-tanda pembelotan terhadap profesiku? Sebuah perjalanan yang mungkin akan berujung pada ke-tidakprofesionalan. Entahlah…
Dalam perenungan, kembali memori lama berputar. Saat berada disebuah ruang kuliah etika profesi. Profesional merupakan pilihan terhadap profesi tertentu yang menjadi sandaran hidup, bukan sekedar aktivitas di waktu luang. Memiliki keahlian dan ketrampilan yang mumpuni sehingga benar-benar menguasai terhadap bidangnya.
Menurut nuritaputranti.wordpress.com, Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Sedangkan profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi.
Prof. Edgar Shine yang dikutip oleh Parmono Atmadi (1993) dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id, merumuskan pengertian professional tersebut sebagai berikut;
1. Bekerja sepenuhnya (full time) berbeda dengan amatir yang sambilan
2.Mempunyai motivasi yang kuat.
3. Mempunyai pengetahuan (science) dan keterampilan (skill)
4. Membuat keputusan atas nama klien (pemberi tugas)
5. Berorientasi pada pelayanan ( service orientation )
6. Mempunyai hubungan kepercayaan dengan klien
7. Otonom dalam penilaian karya
8. Berasosiasi professional dan menetapkan standar pendidikan
9. Mempunyai kekuasaan (power) dan status dalam bidangnya.
10.Tidak dibenarkan mengiklankan diri
Memori kemudian berlabuh pada tayangan-tayangan di TV Champions. Kekaguman yang tiada henti ketika melihat peserta adalah orang-orang yang menekuni bidangnya. Bahkan hanya untuk desainer pakaian boneka, pembuat mainan kayu, atau pembuat rumah pohon. Profesi yang selama ini sering terlihat sebagai profesi sampingan, pengisi waktu luang. Di saat perca-perca kain konveksi banyak terbuang dan balok kayu menumpuk sebagai sampah. Sekedar menghemat bahan baku. Dan mengikuti prinsip dengan modal sedikit dihasilkan laba sebesar-besarnya.
Professional disekitar kita seringkali masih berbenturan dengan alasan tiadanya pekerjaan layak sesuai dengan keinginan atau pendidikan. Keterpaksaan untuk tetap bisa mendapat nafkah demi tersedianya kebutuhan primer. Tidak salah kemudian jika seorang Putu Wijaya berangan-angan dalam salah satu cerpennya bahwa pada tahun 3000, Indonesia mncapai taraf perkembangan teknologi yang tinggi skali. Negara agraris yang sempat miskin, dilanda hipokrisi, korupsi, dan inflasi ini tiba-tiba mencuat menjadi pemimpin di gardu depan dalam segala bidang.
Pada keadaan ini masyarakat menjadikan pekerjaan yang dijalankan bukan karena perintah nasib yang terpaksa di terima, tetapi karena pemilihan dan kesenangan. Anggota dewan dan pemerintahan yang terpilih adalah orang-orang yang sadar terhadap kemampuan untuk bisa memimpin, dan membantu untuk kesejahteraan. Tukang becak yang berkeliling bukan karena tiada berijasah atau dana untuk berwirausaha melainkan karena pilihan dan kepedulian terhadap pejalan kaki yang kepanasan. Sebuah kehidupan yang berbasis pada profesionalitas. Professional dalam pekerjaan. Professional dalam pilihan.
Tentunya kata professional tidak datang dengan tiba-tiba. Butuh profesionalisasi dan profesionalisme. Proses yang membutuhkan waktu panjang, pengorbanan dan penghargaan yang sesuai. Sebab professional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian tinggi, berperilaku jujur, obyektif, saling mengisi, saling mendukung, berbagi pengalaman dan positive thinking.
Lalu bagaimana dengan impian? Ah, ku pikir aku harus memilih tanpa mengorbankan kewajiban yang seharusnya. Bukankah dalam proses hidup adalah pilihan.
------ Terima kasih buat yang sudah mengingatkan, semoga tidak keberatan dengan pencantuman obrolan dalam tulisan ------
BT, 010611, 00:12 AM
“G slh org, jstru prlu diajari”
“Kn g pny usaha...mw ngajarin ap?”
“G ckp gji guru?”
“Ap smwny d ukur dg gaji?”
“Itulah... knp d indonesia jrg bgt s'orang berprofesi dgn professional”
Penggalan perbincangan dengan seorang teman, yang sempat membuat terbangun dari impian. Apakah ini tanda-tanda pembelotan terhadap profesiku? Sebuah perjalanan yang mungkin akan berujung pada ke-tidakprofesionalan. Entahlah…
Dalam perenungan, kembali memori lama berputar. Saat berada disebuah ruang kuliah etika profesi. Profesional merupakan pilihan terhadap profesi tertentu yang menjadi sandaran hidup, bukan sekedar aktivitas di waktu luang. Memiliki keahlian dan ketrampilan yang mumpuni sehingga benar-benar menguasai terhadap bidangnya.
Menurut nuritaputranti.wordpress.com, Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Sedangkan profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi.
Prof. Edgar Shine yang dikutip oleh Parmono Atmadi (1993) dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id, merumuskan pengertian professional tersebut sebagai berikut;
1. Bekerja sepenuhnya (full time) berbeda dengan amatir yang sambilan
2.Mempunyai motivasi yang kuat.
3. Mempunyai pengetahuan (science) dan keterampilan (skill)
4. Membuat keputusan atas nama klien (pemberi tugas)
5. Berorientasi pada pelayanan ( service orientation )
6. Mempunyai hubungan kepercayaan dengan klien
7. Otonom dalam penilaian karya
8. Berasosiasi professional dan menetapkan standar pendidikan
9. Mempunyai kekuasaan (power) dan status dalam bidangnya.
10.Tidak dibenarkan mengiklankan diri
Memori kemudian berlabuh pada tayangan-tayangan di TV Champions. Kekaguman yang tiada henti ketika melihat peserta adalah orang-orang yang menekuni bidangnya. Bahkan hanya untuk desainer pakaian boneka, pembuat mainan kayu, atau pembuat rumah pohon. Profesi yang selama ini sering terlihat sebagai profesi sampingan, pengisi waktu luang. Di saat perca-perca kain konveksi banyak terbuang dan balok kayu menumpuk sebagai sampah. Sekedar menghemat bahan baku. Dan mengikuti prinsip dengan modal sedikit dihasilkan laba sebesar-besarnya.
Professional disekitar kita seringkali masih berbenturan dengan alasan tiadanya pekerjaan layak sesuai dengan keinginan atau pendidikan. Keterpaksaan untuk tetap bisa mendapat nafkah demi tersedianya kebutuhan primer. Tidak salah kemudian jika seorang Putu Wijaya berangan-angan dalam salah satu cerpennya bahwa pada tahun 3000, Indonesia mncapai taraf perkembangan teknologi yang tinggi skali. Negara agraris yang sempat miskin, dilanda hipokrisi, korupsi, dan inflasi ini tiba-tiba mencuat menjadi pemimpin di gardu depan dalam segala bidang.
Pada keadaan ini masyarakat menjadikan pekerjaan yang dijalankan bukan karena perintah nasib yang terpaksa di terima, tetapi karena pemilihan dan kesenangan. Anggota dewan dan pemerintahan yang terpilih adalah orang-orang yang sadar terhadap kemampuan untuk bisa memimpin, dan membantu untuk kesejahteraan. Tukang becak yang berkeliling bukan karena tiada berijasah atau dana untuk berwirausaha melainkan karena pilihan dan kepedulian terhadap pejalan kaki yang kepanasan. Sebuah kehidupan yang berbasis pada profesionalitas. Professional dalam pekerjaan. Professional dalam pilihan.
Tentunya kata professional tidak datang dengan tiba-tiba. Butuh profesionalisasi dan profesionalisme. Proses yang membutuhkan waktu panjang, pengorbanan dan penghargaan yang sesuai. Sebab professional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian tinggi, berperilaku jujur, obyektif, saling mengisi, saling mendukung, berbagi pengalaman dan positive thinking.
Lalu bagaimana dengan impian? Ah, ku pikir aku harus memilih tanpa mengorbankan kewajiban yang seharusnya. Bukankah dalam proses hidup adalah pilihan.
------ Terima kasih buat yang sudah mengingatkan, semoga tidak keberatan dengan pencantuman obrolan dalam tulisan ------
BT, 010611, 00:12 AM
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~