Tanggal 6 dan 7 Oktober 2018 yang lalu, pemerintah Kabupaten
Probolinggo bersama HIPMI mengadakan acara Festival Kopi 2018. Festival diadakan
di alun-alun Kraksaan dari jam 14.00 hingga jam 22.00 WIB. Saya sebenarnya
bukan penikmat kopi, tetapi karena setiap hari membaca info festival tersebut
membuat saya penasaran untuk datang. Siapa tahu bisa dapat kopi gratis, lumayan
kan? hehehe.
Saya memutuskan datang ke festival kopi pada hari sabtu,
beberapa saat setelah acara pembukaan. Saat tiba di alun-alun, saya disambut
dengan gerbang yang bentuknya mirip terowongan. Gerbang yang dibuat dari bahan
bambu ini bertuliskan festival kopi 2018 kabupaten Probolinggo. Kok bambu bukan
kopi? Kata pembawa acara sih karena tema festival kopinya persami alias
perkemahan sabtu-minggu. Seperti kemah pramuka. Lalu, apa hubungannya dengan
bambu ya? *coba tanya gugel, hehehe.
Festival kopi ini diramaikan oleh stan-stan kopi yang ditata
berbentuk U. Tepat berhadapan dengan deretan U, terdapat panggung dan deretan
kursi layaknya acara makan malam. Jika ditarik garis lurus, panggung berhadapan
dengan joglo yang ditata mirip galeri seni. Ada beberapa lukisan cantik yang
katanya akan dijual pada akhir acara.
Tepat di depan joglo, panitia menyediakan tempat untuk berfoto bagi para pengunjung. Tempat ini berupa papan nama festival kopi yang diletakkan di pagar dengan hiasan rumput dibawahnya. Eits, ada maskot dari bambu juga disini. Lagi-lagi bambu ya, hehehe.
Panggung acara |
Lukisan masih ditata |
Tepat di depan joglo, panitia menyediakan tempat untuk berfoto bagi para pengunjung. Tempat ini berupa papan nama festival kopi yang diletakkan di pagar dengan hiasan rumput dibawahnya. Eits, ada maskot dari bambu juga disini. Lagi-lagi bambu ya, hehehe.
Stan kopi diisi oleh daerah-daerah penghasil
kopi di kabupaten Probolinggo seperti kecamatan Tiris, kecamatan Krucil,
kecamatan Sumber, kecamatan Pakuniran, dan kecamatan Sukapura. Selain itu,
terdapat juga stan komunitas kopi dan kafe yang terkenal di wilayah Probolinggo
dan sekitarnya. Setiap stan menyediakan penjualan kopi dari kopi mentah, kopi
sangrai, kopi bubuk, hingga segelas kopi panas. Selain menjual kopi, setiap
stan juga menyediakan kursi dan meja yang bisa digunakan pengunjung saat menyeduh segelas kopi panas mereka.
Stan pertama yang saya datangi adalah stan milik gapoktan
kecamatan Krucil. Kecamatan Krucil merupakan salah satu penghasil kopi yang sudah terkenal di Probolinggo. Mereka menyediakan empat varian kopi, yaitu arabica, robusta,
nangka dan lanang.
Menurut penjaga stan, perbedaan keempat varian tersebut ada pada rasanya. Arabica, kopi yang rasanya agak asam. Robusta, rasa kopinya pahit. Kalau kopi nangka, campuran antara rasa pahit dan asam milik robusta dan arabica. Sedangkan kopi lanang adalah kopi yang berasal dari buah kopi yang hanya mengandung satu butir kopi di dalam buahnya. Karena penasaran, saya ingin mencicipi kopi lanang. Eh si mbak melarang, katanya kopi lanang itu khusus untuk laki-laki karena itu diberi nama kopi lanang. Untuk perempuan, pilihannya hanya tiga yaitu robusta, arabica, dan nangka. Nah lho, saya kan jadi penasaran dengan kopi lanang, hehehe.
Aneka kopi yang dipamerkan |
Menurut penjaga stan, perbedaan keempat varian tersebut ada pada rasanya. Arabica, kopi yang rasanya agak asam. Robusta, rasa kopinya pahit. Kalau kopi nangka, campuran antara rasa pahit dan asam milik robusta dan arabica. Sedangkan kopi lanang adalah kopi yang berasal dari buah kopi yang hanya mengandung satu butir kopi di dalam buahnya. Karena penasaran, saya ingin mencicipi kopi lanang. Eh si mbak melarang, katanya kopi lanang itu khusus untuk laki-laki karena itu diberi nama kopi lanang. Untuk perempuan, pilihannya hanya tiga yaitu robusta, arabica, dan nangka. Nah lho, saya kan jadi penasaran dengan kopi lanang, hehehe.
Akhirnya dengan penuh pertimbangan, saya memilih mencicipi
kopi nangka. Setelah kopi berada di tangan, saya duduk di depan stan sambil
menunggu kopi menjadi dingin dan bisa diminum. Saat suhu kopi mulai turun,
saya coba mencicipi. Alamak! Rasanya asam. Saya coba bertahan, mungkin
lidah saya yang error. Kemudian kembali mencicipi dan ternyata rasanya tetap asam. Lebih
asam dari kopi arabica. Fix, saya gak jadi suka sama kopi ini dan terpaksa
menghibahkannya untuk bunga-bunga yang sedang mekar. Maaf ya, saya sukanya kopi
pahit. Hehehe.
Festival kopi 2018 tidak hanya diisi dengan pasar kopi, melainkan juga ada
lomba, pagelaran musik, hingga acara bincang-bincang tentang kopi. Kebetulan saat saya
datang, acara bincang-bincang telah dimulai. Acara bincang-bincang diadakan di panggung ruang terbuka dan mengambil tema meningkatkan kualitas kopi dari hulu ke hilir.
Industri hulu kopi terkait dengan pembenihan dan penanaman. Industri
ini adalah kunci dari peningkatan kualitas kopi. Sebab dari hulu dapat
dihasilkan kopi dengan kualitas terbaik. Sedangkan industri hilir terkait dengan
kemana kopi akan didistribusikan atau dikonsumsi.
Terkait dengan konsumsi kopi, narasumber yang merupakan
perwakilan dari PTPN XII ini mengatakan ada banyak pendapat yang salah tentang
minum kopi. Salah satunya adalah larangan minum kopi setiap hari. Menurutnya, minum
kopi dapat dilakukan minimal 2-3 kali per hari pada usianya saat ini (sekitar
40-50 tahun). Larangan minum kopi biasanya terkait dengan kandungan gula dalam seduhan
kopi bukan karena kopi itu sendiri. Mungkin maksudnya, kita harus membiasakan
minum kopi tanpa gula ya. Rasa pahit biasanya menyehatkan kan? seperti rasa
jamu dan obat, hehehe.
Selain menjelaskan tentang salah pendapat tentang kopi,
narasumber juga memaparkan manfaat kopi yang kini tidak hanya sebagai bahan
minuman. Melainkan juga sebagai obat, lulur hingga sabun. Penggunaan kopi
sebagai bahan baku selain minuman diharapkan dapat meningkatkan jumlah konsumen
kopi di Indonesia.
Sayangnya, di acara festival kopi 2018 saya hanya menemukan
kopi dalam bentuk bubuk minuman. Padahal, saya penasaran dengan cerita
narasumber tentang sabun kopi. Siapa tahu dengan memakai sabun kopi saya bisa
berubah jadi hitam manis, ngarep. Hehehe.
Festival kopi ini menyedot antusiasme
dari para warga Probolinggo. Tidak hanya para pecinta atau penikmat kopi,
melainkan juga para warga yang ingin menghabiskan waktu akhir pekan bersama
keluarga. Buktinya ada banyak pengunjung yang datang bersama keluarga dan
menikmati kopi bersama sambil berselonjor ria di lapangan rumput dengan riang
gembira.
Festival kopi 2018 kabupaten Probolinggo sendiri merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dan pengusaha dalam rangka meningkatkan industri kopi di sektor hilir. Harapannya pengenalan kopi dan penjualan kopi langsung dari petani akan mengedukasi masyarakat tentang cara mengkonsumsi kopi. Dengan demikian, industri kopi akan meningkat dan berimbas pada para petani kopi yang berada di sektor hulu.
Festival kopi 2018 kabupaten Probolinggo sendiri merupakan upaya yang dilakukan pemerintah dan pengusaha dalam rangka meningkatkan industri kopi di sektor hilir. Harapannya pengenalan kopi dan penjualan kopi langsung dari petani akan mengedukasi masyarakat tentang cara mengkonsumsi kopi. Dengan demikian, industri kopi akan meningkat dan berimbas pada para petani kopi yang berada di sektor hulu.
Yuk, kita ngopi!
pengen nitip kopi arabika kalo tahun ini ada festival lagi :p
ReplyDeleteSiap kak, kalau ada lagi nanti saya post di blog. 😀
ReplyDelete