Selamat Idul Fitri 1438 H, semoga hari yang ditasbihkan menjadi hari kemenangan ini menjadi pondasi dalam membangun kenangan tentang persaudaraan yang hakiki.
Apa yang menjadi simbol dari raya Idul Fitri? Ketupat, opor
ayam, mudik, sungkeman, halal bihalal, foto keluarga, atau ucapan-ucapan
mutiara? Tidak perlu bingung. Simbol-simbol itu bukan pilihan ganda yang harus
dipilih salah satu. Silakan pilih dua, tiga, empat, atau semuanya. Bebas. Menyesuaikan
pilihan hasrat, pikiran, dan keinginan.
Bagi saya sendiri, Idul Fitri merupakan sebuah simbol
kenangan. Kenangan membuat ketupat bersama ibu, makan opor ayam nenek,
bersiap-siap mudik saat menjadi perantau, rela antri untuk sungkeman, berkumpul
untuk halal bihalal, membuat foto keluarga, hingga memilih ucapan-ucapan
mutiara untuk dikirim sebagai pesan elektronik. Kisah-kisah itu adalah
kenangan. Kenangan yang setiap tahun selalu dikunjungi. Kenangan yang menjadi
hiburan, namun juga alarm. Agar saya tetap berada dalam jalur yang telah
ditetapkan sebagai pilihan.
Mengapa saya harus tetap berada dalam jalur? Sebab sebagai
manusia perjalanan hidup tidak akan mulus. Ada banyak tikungan, tanjakan, atau
jalan memutar. Masing-masing jenis jalan memiliki dampak yang signifikan. Seperti
saat jalan tanjakan, kita harus memenuhi diri dengan semangat untuk pantang menyerah.
Jika tidak, kita tidak akan pernah menginjak puncak yang mungkin sudah
menyediakan berbagai peristiwa yang menjadi impian.
Namun, sebagaimana halnya sifat dasar manusia. Ada banyak
kantong nafsu yang tergantung di dalam diri. Nafsu-nafsu ini seringkali membuat
kita berpaling dari tujuan. Dalam titik inilah kita kemudian membutuhkan
kenangan sebagai alarm. Alarm agar kita tidak pernah lupa dengan tujuan.
Sesuatu yang bernama kenangan biasanya berada di pojok
ruangan. Kusam dan usang karena jarang diperhatikan. Oleh sebab itu, kita
sering keluar dari jalur tujuan. Lalu, bagaimana kita bisa mengingat kenangan?
Jawabnya, saat Idul Fitri.
Tak perlu menyediakan kamera resolusi tinggi untuk
mendokumentasikan kenangan Idul Fitri. Tidak. Cukup sedikit ruang dalam memori.
Maka, kita akan merekam dengan hati. Rekaman dari hati merupakan rekaman paling
hakiki. Itu bagi saya pribadi. Untuk itulah, setiap Idul Fitri saya selalu
merekam ulang memori. Membuka kenangan di hati. Agar saya dapat meraih mimpi
sebagai muslim sejati.
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~