Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
mempelajari perilaku dari fenomena/gejala yang ada di alam dalam lingkup ruang dan waktu.
Dalam mengungkap fenomena/gejala alam diperlukan rangkaian proses penelitian seperti
pengamatan dan pengukuran. Oleh
sebab itu ilmu fisika juga disebut sebagai ilmu
eksperimental. Eksperimen atau praktikum adalah kegiatan untuk mengamati,
menguji dan membuktikan teori sehingga
didapatkan pengembangan teori secara ilmiah.
Dengan sebutan ilmu eksperimental maka
kedudukan praktikum dalam pembelajaran fisika menjadi sangat penting. Salah
satu alasan adalah karena sebagian besar konsep fisika
bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami secara langsung. Adanya
praktikum memungkinkan pemahaman
konsep menjadi lebih mudah dan peserta didik dapat belajar untuk melakukan
penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai sumber, mengembangkan penjelasan
dari data, dan berkomunikasi serta mempertahankan kesimpulan (NSTA, 2004: 1).
Pelaksanaan
praktikum juga terkait dengan tujuan pembelajaran fisika sebagai proses, yaitu
meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik sehingga mereka tidak hanya
mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik, melainkan juga mampu berpikir
sistematis, objektif, dan kreatif (Gunawan & Liliasari, 2012). Sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013, yang menetapkan salah satu kompetensi inti adalah
kelompok keterampilan. Kompetensi ini menekankan pada proses pembelajaran ilmiah
yang berguna bagi pembentukan keterampilan peserta didik.
Sumber: school.nd.ru |
Kegiatan
praktikum fisika di tingkat SMA diarahkan
pada suatu pembuktian, pemahaman,
dan penerapan dari konsep, hukum
atau teori fisika yang dipelajari. Namun
demikian tidak semua percobaan dapat dilakukan secara langsung di laboratorium.
Seperti pada topik fisika modern yang dipelajari di kelas XII. Selain mahalnya
peralatan praktikum untuk fisika modern, rancangan praktikum langsung juga
sulit dilakukan karena konsepnya yang abstrak. Padahal konsep fisika yang
abstrak perlu memanfaatkan kegiatan praktikum untuk mempermudah peserta didik
dalam memahami konsep tersebut.
Alternatif
solusi yang mulai dikembangkan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah
memanfaatkan komputer sebagai media informasi dalam kegiatan pembelajaran. Termasuk juga dalam
kegiatan praktikum. Komputer dapat digunakan untuk memodifikasi praktikum
dan menampilkan praktikum lengkap dalam bentuk virtual, terutama untuk konsep
fisika yang abstrak (Gunawan &
Liliasari, 2012).
Praktikum dengan menggunakan komputer
disebut dengan virtual laboratory. Virtual laboratory adalah serangkaian alat-alat
laboratorium yang berbentuk perangkat lunak (software) komputer berbasis multimedia interaktif, yang
dioperasikan dengan komputer dan dapat mensimulasikan kegiatan di laboratorium
seakan-akan pengguna berada pada laboratorium sebenarnya (Imron, 2012).
Sedangkan menurut Budhu (2002: 2) virtual laboratory objek multimedia interaktif yang kompleks dan termasuk bentuk digital
baru, dengan tujuan pembelajaran implisit atau eksplisit.
Dengan adanya virtual laboratory kesulitan peserta didik dalam memahami konsep fisika modern dan kesulitan
guru dalam merancang praktikum fisika modern dapat diatasi. Virtual laboratory juga meminimalkan
biaya dalam pengadaan alat dan bahan praktikum. Penjelasan lebih detail tentang
manfaat virtual laboratory diberikan oleh Farreira (2010) di bawah ini.
1.
Mengurangi
keterbatasan waktu, jika tidak ada cukup waktu untuk mengajari seluruh
peserta didik di dalam laboratorium hingga mereka paham.
2.
Mengurangi
hambatan geografis, jika terdapat peserta didik yang lokasi tempat tinggalnya
jauh dari sekolah.
3.
Ekonomis, tidak
membutuhkan bangunan laboratorium, alat-alat dan bahan-bahan seperti pada
laboratorium konvensional.
4.
Meningkatkan kualitas
eksperimen, karena memungkinkan untuk diulang untuk memperjelas keraguan dalam
pengukuran di laboratorium.
5.
Meningkatkan
efektivitas pembelajaran, karena peserta didik akan semakin lama menghabiskan
waktunya untuk praktikum secara berulang-ulang,
6.
Meningkatkan
keamanan dan keselamatan, karena tidak berinteraksi dengan alat dan bahan yang
nyata.
Sedangkan kelemahan dalam
pemanfaatan virtual laboratory adalah:
1.
Peserta didik
harus terkoneksi internet atau menggunakan komputer untuk menjalankan simulasi
suatu praktikum.
2.
Kurangnya
pengalaman di laboratorium nyata, sehingga terjadi kebingungan peserta didik
dalam merangkai dan mengoperasikan alat di virtual laboratory.
3.
Virtual
laboratory tidak memberikan pengalaman praktikum
secara nyata.
Melalui pembelajaran praktikum dengan memanfaatkan virtual laboratory diharapkan proses pembelajaran fisika modern menjadi lebih menarik dan interaktif sehingga berakibat pada peningkatan proses berpikir dan hasil belajar fisika
peserta didik. Sebagaimana hasil penelitian Gunawan & Liliasari (2012) yang menyatakan bahwa pemanfaatan model virtual laboratory fisika modern meningkatkan
disposisi berpikir kritis calon guru di salah satu LPTK Mataram. Dengan demikian, perkembangan teknologi informasi membantu upaya pembangunan kemajuan dunia pendidikan.
Referensi
Budhu, M. 2002. Virtual
Laboratories for Engineering Education. Paper Presented at International
Conference on Engineering Education. Manchester, U.K. August 18-21.
Gunawan &
Liliasari. 2012. Model Virtual Laboratory
Fisika Modern untuk Meningkatkan Disposisi Kritis Calon Guru. Cakrawala Pendidikan. No.
2. Th. XXXI.
National
Science Teachers Association (NSTA). 2004. Position statement on scientific inquiry.
(online, http://www.nsta.org/about/positions/inquiry.aspx
diunduh tanggal 09
Maret 2013).
Farreira, MJM. 2010. "Intelligent
classrooms and smart software: Teaching and learning in today's
university", Springer Science and Business Media. Springer publications.
Imron, Muhammad. 2012. Ayo Manfaatkan Laboratorium Virtual. (online, http://mazguru.wordpress.com/2012/04/19/ayo-manfaatkan-laboratorium-virtual/,
diunduh tanggal 01 Januari 2014).
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~