RUH
Malam bertandang
Siang berdentang
Diam,
Diam,
Diam!
Aku mengerang
Aku meregang
Aku menggelepar
Dalam ruhku,
Malang, 121107
GERBANG
Merajam rupa
Bau arak menyergap
Menyelubungi sekat-sekat raga
Ku temukan sepotong ruh terperangkap
Berjeruji jaring kematian
Matanya melotot menyembur kemarahan
Merah
Letupan darah
Akhirnya rebah dalam kebisuan
Membumbung menuju panggilanMu
Malang, 270807
SORE YANG MENANTI
Lontar kering terserak digundukan merah
Menyapa kamboja di pucuk senja
Mantra mulai berbicara
Lagu rindu terekam
Mengitari kesepian
Merayu kembang melati yang mulai layu
Menghiba kedatangannya
Dalam tapak perjalanan dan geliat sendi kehidupan
Malang, 080907
DI UJUNG JALAN
Detak jantung tak menemukan iramanya lagi,
Sesak menyeruak,
Degup berdesak,
Bibir menggetar,
Airmata terpecah,
Rindu ini...
Begitu hina ku hantarkan dalam penantian panjang di jalanMu
Malang, 211007
PINTU LANGIT
Dalam senandung biru
Lantun berirama, melodi rebana, tetabuhan bergelar, gesek suara, dengung berbisik,
Nada sayup terlena melepas petang
Bergegas membuka tabir-tabir cinta
Menyentuh tirai bersulam kembang fajar
Lembut merangkai satu demi satu ketakperdayaan yang terbungkam
Menyisir aroma wangi taman firdaus di pintu langItMu
Malang, 251007
HANYA UNTUK CINTA
Di balik bocah-bocah
Kursi rotan tak pernah berpindah tempat
kelambu usang tertiup angin kemarau
daun pintu mengerit tak tertahan
merekam pasrah yang terus berputar
Di balik bocah-bocah
bibir tak henti mengembang
wajah tak layu berdendang
menggumamkan rasa yang terpendam
Di balik bocah-bocah
Jerit menjadi sekelumit senyum terkembang
Menyimpan kepahitan hanya untuk dia seorang
Untuk cinta yang dia rasakan
Pada kekasih di muara kehidupan
Malang, 121107
SEBELUM TUHAN MEMANGGIL
Kau pikir Tuhan peduli,
Tahajjudmu mewarnai malam demi malam
Sapaan fajarmu bergulir setiap waktu
Pundi uang tercipta dalam panti yatim dan jompo
Puasamu tak pernah berhenti
Lima waktu slalu kau tepati
Dzikir dan doa bersahutan melalui senyum bibir yang tersungging
Kau pikir Tuhan peduli,
Jika semuanya karena kewajiban
Karena manusia adalah makhluk Tuhan
Karena Muhammad yang menyampaikan
Karena kau tak berkesempatan meninggalkan semuanya
Karena kau takut berdosa dan masuk neraka
Kau pikir Tuhan akan peduli, dan memberimu rejeki
Memberimu anugerah
Memberimu kasih sayang
Kemudian memasukkanmu ke surga
Kau pikir Tuhan layaknya orangtua,
Yang akan memberi imbalan karena melakukan perbuatan
Yang harus di sayang ketika tua karena telah menyayangi sedari kecil
Yang harus dipatuhi perintahnya karena berakibat pada kelanjutan sandang, pangan dan papanmu
Kau pikir hanya untuk itu,
Lalu apa sebenarnya arti Tuhan bagimu?
Malang, o61107
Malam bertandang
Siang berdentang
Diam,
Diam,
Diam!
Aku mengerang
Aku meregang
Aku menggelepar
Dalam ruhku,
Malang, 121107
GERBANG
Merajam rupa
Bau arak menyergap
Menyelubungi sekat-sekat raga
Ku temukan sepotong ruh terperangkap
Berjeruji jaring kematian
Matanya melotot menyembur kemarahan
Merah
Letupan darah
Akhirnya rebah dalam kebisuan
Membumbung menuju panggilanMu
Malang, 270807
SORE YANG MENANTI
Lontar kering terserak digundukan merah
Menyapa kamboja di pucuk senja
Mantra mulai berbicara
Lagu rindu terekam
Mengitari kesepian
Merayu kembang melati yang mulai layu
Menghiba kedatangannya
Dalam tapak perjalanan dan geliat sendi kehidupan
Malang, 080907
DI UJUNG JALAN
Detak jantung tak menemukan iramanya lagi,
Sesak menyeruak,
Degup berdesak,
Bibir menggetar,
Airmata terpecah,
Rindu ini...
Begitu hina ku hantarkan dalam penantian panjang di jalanMu
Malang, 211007
PINTU LANGIT
Dalam senandung biru
Lantun berirama, melodi rebana, tetabuhan bergelar, gesek suara, dengung berbisik,
Nada sayup terlena melepas petang
Bergegas membuka tabir-tabir cinta
Menyentuh tirai bersulam kembang fajar
Lembut merangkai satu demi satu ketakperdayaan yang terbungkam
Menyisir aroma wangi taman firdaus di pintu langItMu
Malang, 251007
HANYA UNTUK CINTA
Di balik bocah-bocah
Kursi rotan tak pernah berpindah tempat
kelambu usang tertiup angin kemarau
daun pintu mengerit tak tertahan
merekam pasrah yang terus berputar
Di balik bocah-bocah
bibir tak henti mengembang
wajah tak layu berdendang
menggumamkan rasa yang terpendam
Di balik bocah-bocah
Jerit menjadi sekelumit senyum terkembang
Menyimpan kepahitan hanya untuk dia seorang
Untuk cinta yang dia rasakan
Pada kekasih di muara kehidupan
Malang, 121107
SEBELUM TUHAN MEMANGGIL
Kau pikir Tuhan peduli,
Tahajjudmu mewarnai malam demi malam
Sapaan fajarmu bergulir setiap waktu
Pundi uang tercipta dalam panti yatim dan jompo
Puasamu tak pernah berhenti
Lima waktu slalu kau tepati
Dzikir dan doa bersahutan melalui senyum bibir yang tersungging
Kau pikir Tuhan peduli,
Jika semuanya karena kewajiban
Karena manusia adalah makhluk Tuhan
Karena Muhammad yang menyampaikan
Karena kau tak berkesempatan meninggalkan semuanya
Karena kau takut berdosa dan masuk neraka
Kau pikir Tuhan akan peduli, dan memberimu rejeki
Memberimu anugerah
Memberimu kasih sayang
Kemudian memasukkanmu ke surga
Kau pikir Tuhan layaknya orangtua,
Yang akan memberi imbalan karena melakukan perbuatan
Yang harus di sayang ketika tua karena telah menyayangi sedari kecil
Yang harus dipatuhi perintahnya karena berakibat pada kelanjutan sandang, pangan dan papanmu
Kau pikir hanya untuk itu,
Lalu apa sebenarnya arti Tuhan bagimu?
Malang, o61107
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~