MASIGNASUKAv102
6861843026328741944

PERTIGAAN

PERTIGAAN
Add Comments
2007-08-15

Tak banyak yang peduli, sesosok lelaki tua dengan sebuah meja berisi koran dan tabloid dihadapannya. Wajah yang telah keriput dan usia menghampiri senja tak membuatnya menyerah pada kehidupan. Ia tetap berjuang demi sesuap nasi untuk bertahan hidup. Ia tetap tersenyum pada setiap orang yang melewatinya seraya menawarkan koran dan tabloidnya.Ia tetap bersemangat walaupun tak ada yang memperdulikannya.

Sumber : image.freepik.com


Lelaki setengah baya dengan gerobak bakso datang menghampiri. Gerobaknya ia letakkan bersebelahan dengan dagangan pak tua. Pak tua tersenyum,"Sudah laku banyak Nak?"

"Lumayan, tinggal separuh."

"Kau tidak berkeliling lagi? sekarang jam istirahat biasanya orang suka makan bakso."


"Istirahat dulu pak, Bapak tidak makan?"

"Bapak lebih suka makan di rumah daripada di warung."

Percakapan terhenti,seorang ibu membeli dua bungkus bakso.  Pak tua tersenyum dan menawarkan dagangannya yang di sambut dengan gelengan kepala ibu tersebut.Belum selesai melayani,datang pula sepasang muda-mudi dan memesan dua mangkok bakso. Kemudian dua bocah SD, seorang pembantu, seorang pengendara sepeda, tiga gadis berseragam SMA dan seorang ibu dengan anaknya.

Gerobak bakso telah kosong,lelaki itu meninggalkan pak tua yang masih sabar menunggu pembeli. Dua remaja datang menghampiri,membolak balik Harian Kota, "Mencari berita apa Nak?"

"Berita kenaikan BBM tanggal berapa Pak?"

"Tanggal 1 oktober 2005, beritanya ada di Harian Hijau, Bentang Nasional dan Media Pos."

"Yang berupa artikel di Harian apa pak?"

"Kalau artikel biasanya di Bentang Nasional,coba kamu lihat sendiri." Pak tua menyerahkan satu ekslempar Bentang Nasional tanggal 1 oktober 2005.

"Ya di sini ada artikelnya,kami beli yang ini saja." Setelah memberikan selembar uang ribuan,dua remaja tersebut pergi.

Pak tua tersenyum dan bersyukur dagangannya laku. Ia kembali bersemangat menawarkan dagangannya pada segerombolan siswa SMA, ibu pejalan kaki dan seorang mahasiswa.  Tak ada yang menghampirinya namun ia tetap tersenyum dan berharap sebentar lagi ada pembeli.

Seorang pemuda dengan gerobak es datang menemani dan menawarkan es pada pak tua. "Terima kasih nak, bapak membawa minum. Lagipula bapak tidak kuat minum es nanti penyakit bapak kambuh" jawab pak tua.

Pemuda tersenyum mendengar perkataan pak tua tentang penyakitnya dan ia mulai melayani pembeli yang mulai berdatangan. Tidak berapa lama seorang laki-laki berumur 30-an ikut bergabung bersama mereka. Ia adalah penjual tahu petis. Kemudian datang pula seorang pemuda dengan gerobak keripik singkong. Mereka bersemangat melayani pembeli yang berdatangan.

Satu jam berlalu, gerobak es sudah kosong, lelaki penjual petis menghitung lembar demi lembar hasil keringatnya dan penjual keripik membersihkan sisa-sisa keripik di gerobaknya. Mereka lalu pergi meninggalkan pak tua, sebelum pergi pemuda penjual keripik memberikan sebungkus keripik pada pak tua.  Pak tua berterima kasih dan tersenyum melihat kepergian mereka bertiga.Ia memandang pada dagangannya, masih banyak yang belum terjual. Koran hari ini pun masih tersisa beberapa ekslempar. Ia menata kembali dagangannya dan menatap orang yang berlalu lalang berharap untuk membeli dagangannya.

Kemudian datang seorang ibu muda, "Pak, ada tabloid Juwita edisi X?"seraya membolak balik beberapa tabloid wanita.

"Ini bu ada, ibu perlu berapa?" pak tua menyerahkan satu ekslempar tabloid Juwita edisi X.

"Satu aja pak, ini uangnya." Ibu itu menyerahkan selembar uang lima ribuan dan pergi meninggalkan pak tua.Melihat selembar uang lima ribuan di tangannya, ia kembali bersemangat menawarkan dagangannya pada setiap orang yang baru pulang dari kantor.

Senja mulai menjelang, namun pak tua masih tetap berdiri dengan dagangannya. Kemudian datang seorang pengendara sepeda motor membeli tiga ekslempar tabloid bola (maklum sebentar lagi piala dunia). Tiba-tiba pak tua dikejutkan oleh pertanyaan penjual sate.

"Belum pulang Pak?" seorang laki-laki penjual sate menyapa pak tua yang menata dagangannya.

"Belum, masih ada waktu sebelum maghrib."

Mereka kemudian mengobrol sebelum pembeli datang. Dua orang gadis datang menghampiri dan memesan dua bungkus sate ayam.Seraya menunggu mereka membolak balik tabloid Hand-Phone.

"Mau beli HP baru, Ya?"

"Tidak pak malah saya mau menjual, maklum sekarang tanggal tua."

"Buat saya tanggal tua maupun tanggal muda sama saja, sama-sama tidak punya uang" seloroh pak tua pada gadis itu.

"Bapak bisa aja, ini saya beli Hand-Phonenya satu.

"Gadis itu menyerahkan uang uang sepuluh ribuan."

Ini kembaliannya, terima kasih nak."

Pak tua menyerahkan kembalian pada gadis itu yang kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kalau aku pulang sejak tadi, rejekiku hilang satu" ujar pak tua pada penjual sate sebelum mereka mengobrol kembali, penjual sate mulai didatangi pembeli. Pak tua pun membereskan dagangannya karena hari mulai petang. Ia memasukkan koran dan tabloidnya ke dalam tas dan menyandarkan mejanya di samping toko bangunan.Sebelum pergi ia berpamitan pada penjual sate dan berharap besok ketemu kembali.

***

Matahari sudah tinggi tapi pertigaan ini masih sepi. Tak ada satu penjual pun yang terlihat batang hidungnya. Bahkan pak tua tidak terlihat, kemana Dia? biasanya dia sudah datang dan menata dagangannya. Matahari mulai condong ke barat, penjual bakso datang dan mulai melayani pembeli. Satu persatu pembeli berdatangan hingga kosong gerobak itu. Penjual bakso pun pergi dengan tersenyum karena dagangannya hari ini habis. Beberapa lama kemudian datang penjual es di susul penjual keripik, penjual buah segar, penjual roti goreng dan penjual tahu petis.

Pertigaan mulai ramai pembeli tetapi di antara mereka tidak ada satu pun yang merasakan keganjilan, yakni pak tua yang tidak terlihat batang hidungnya. Hari ini dia tidak datang, mejanya masih bersandar di samping toko bangunan. Entah kemana dia, mungkin hari ini keluarganya datang menjenguk sehingga dia tidak bisa berjualan.

***

Seminggu sudah berlalu, tapi pak tua penjual koran dan tabloid di pertigaaan ini tidak pernah muncul lagi. Dia seakan hilang di telan bumi. Namun tak ada satu orang pun yang merasakan ketidakmunculannya. Semua berjalan seperti biasa, seakan-akan dia hanya selembar daun kering yang bisa terbang kapan saja. Kini sebulan telah berlalu sejak hari terakhir aku melihatnya. Tidak ada lagi orang yang berjualan koran dan tabloid, tidak ada lagi orang yang tersenyum menawarkan dagangannya pada setiap orang yang berlalu lalang, tidak ada lagi semangat yang tampak di wajah para penjual seperti semangat di wajah pak tua.

Suatu hari nanti aku berharap bisa bertemu dengannya, mengobrol, bercanda dan mendengarkan cerita tentang masa mudanya.

Suatu hari……………….entah kapan?
Qudsi Falkhi

Teacher who loves books and traveling, contact me --> falkhi@gmail.com