MASIGNASUKAv102
6861843026328741944

KELAS GAUL, GURU LEMBUR

KELAS GAUL, GURU LEMBUR
Add Comments
2011-05-30
Tapi untunglah sesaat kemudian bel berdentang, menunjukkan bahwa jam pelajaran usai. Semua anak langsung menghela nafas panjang. “Wuaah.Indahnya dunia…”
(Serial Lupus ABG ”Bohong Itu Nyontek” Oleh Hilman dan Boim : 1997)

Kkkkrrrrriiiiing!!!
“Horeeee…. Istirahat!!!” sorak para anak laki-laki. Mereka lalu bergegas keluar kelas, salah satunya berlari sambil mengapit bola sepak.
(Kenangan Manis Kelas 5B oleh Sri Izzati : 2006)




Dua buku tersebut berasal dari era yang berbeda namun mengapa kondisi yang diceritakan tetap sama. Murid selalu merindukan bunyi bel, baik bel istirahat maupun bel pulang. Artinya selama ini kondisi kelas tidak pernah mengalami perubahan. Monoton dengan banyaknya catatan ataupun penjelasan guru sedangkan murid hanya duduk melaksanakan perintah. Kelas seakan-akan adalah ruangan yang memasung aktivitas murid sehingga murid tak ubahnya robot hanya boleh diam, mencatat, dan menghitung. Jika salah terkena hukuman. Jika benar tak ada pujian. Tidak salah jika kemudian mayoritas produk pendidikan yang dihasilkan berupa manusia-manusia yang hanya bisa menunggu petunjuk, menunggu perintah, menunggu hasil, dan kegiatan menunggu lainnya. Tidak berani melakukan inovasi untuk bertindak, mengambil resiko, dan menjemput bola.
Semuanya berawal dari kelas. Sebagai suatu unsur terkecil dalam dunia pendidikan. Membenahi suasana kelas sama halnya dengan membenahi pendidikan. Yaitu dengan merubah pola pikir murid bahwa kelas hanya sekedar tempat untuk duduk dan mendengarkan. Melainkan tempat dimana seorang murid bisa didengarkan, mendapat kepedulian dan kasih sayang serta bebas melakukan kesalahan dalam proses memperoleh pengetahuan. Ya…murid membutuhkan ruang kelas tempat belajar dicintai tanpa syarat sekaligus diberikan batas yang jelas.
Kelas bisa dijadikan representasi dari baik dan buruknya pendidikan di suatu negara. Apa yang terjadi di dalam kelas akan menjadi gambaran awal bagaimanakah generasi bangsanya. Dan siapakah yang bertanggung jawab terhadap kehidupan kelas? Jawabnya tentu saja guru. Gurulah tombak sebenarnya dari keberhasilan pendidikan. Bukan menteri, kepala dinas, atau kepala sekolah.
Guru yang bertanggungjawab untuk merubah pola pikir murid. Berusaha merubah suasana kelas menjadi rumah kedua yang menyenangkan dan dirindukan sehingga murid tidak lagi meridukan bunyi bel istirahat atau pulang. Melainkan berharap bunyi bel tidak akan pernah terdengar.

Guru adalah manajer kelas

Kelas adalah dunia bagi seorang guru. Dunia yang harus dikelola dengan penuh tanggung jawab, semangat, dan kepedulian. Dengan kesadaran bahwa saat di dalam kelas guru tidak mengisi gelas yang kosong tetapi menyalakan lilin yang menerangi kegelapan. Berhasil tidaknya suatu pendidikan secara tidak langsung berawal dari bagaimana kemampuan guru dalam mengelola kelas. Seperti yang dikatakan Wragg (1997) bahwa kemampuan mengelola kelas merupakan ketrampilan ambang pintu yang memungkinkan keberhasilan pembelajaran yang efektif.
Pembelajaran efektif mengacu kepada proses pembelajaran yang berkualitas. Dimana guru memiliki peran yang penting karena pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, atau wawasan pengetahuan guru. Melainkan juga kemampuan guru dalam menguasai kiat mengelola kelas.
Guru harus bisa mengelola kelas agar berfungsi sebagai rumah kedua murid. Layaknya tempat-tempat yang sering menjadi tongkrongan favorit. Tempat murid membebaskan diri dari ancaman dan ketakutan akan tiadanya penerimaan.
Kelas yang gaul. Kelas dimana murid berani mengambil resiko, membuat banyak pilihan dan keputusan. Memiliki kesempatan untuk melihat, mendengar, merasakan, mencicipi, dan menyentuh pembelajaran sehingga benar-benar mengerti apa yang dipelajari. Kelas yang penuh dengan diskusi, ramai pendapat, bebas berekspresi namun juga miskin penyimpangan. Bukan kelas pelatihan robot yang hanya membutuhkan sebuah remote control.
Lalu bagaimana menciptakan kelas yang gaul? Adanya perubahan. Kunci utama perubahan tetap dari seorang guru. Guru sebagai lini depan suksesnya sebuah kelas yang gaul. Bukan hal yang mudah. Apalagi jika murid merupakan sekumpulan budaya, agama dan ras yang berbeda. Di sini guru harus berperan sebagai seorang manajer. Memulai dengan sifat kekeluargaan, menanamkan rasa setia kawan, dan menghargai perbedaan. Kemudian melangkah pada perencanaan kegiatan, mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan, menentukan dan mengambil keputusan dengan berbagai strategi, serta menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul.
Guru sebagai seorang manajer juga harus memperhatikan kondisi kemampuan belajar murid serta materi pelajaran yang akan diajarkan. Tingkat kesulitan maupun keluasan materi yang akan diberikan serta menetapkan indikator yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Tidak lupa berusaha menggunakan masalah yang nyata dan membuatnya menjadi permainan dalam pembelajaran sehingga lebih mudah dimengerti..
Membuat perangkat pembelajaran menyesuaikan dengan keadaan kelas tidak sekedar copy-paste milik teman. Hanya untuk dikumpulkan saat pengawas datang. Tak heran jika kemudian rencana yang diprogram tidak berjalan. Sebab murid bukan barang yang memiliki kesamaan. Murid adalah suatu keunikan yang berbeda satu sama lain.

Perjodohan guru dan murid

Menciptakan kelas yang gaul juga membutuhkan taktik dalam mendapatkan perhatian murid. Mengalahkan acara televisi, internet dan permainan di play station. Mengubah kelas layaknya panggung pentas seni. Penuh decak kagum dan keinginan untuk larut terbawa emosi.
Mendatangkan perhatian murid di dalam kelas bisa saja dilakukan dengan perjodohan guru dan murid. Seperti layaknya sebuah pernikahan. Harus ada kecocokan antara laki-laki dan perempuan. Begitu pula dengan perjodohan dalam mendatangkan perhatian murid. Harus ada kecocokan tipe antara guru dan murid.
Tipe murid idaman adalah yang berprestasi, gudang pendapat, berani bertindak, patuh dan hormat pada guru. Tidak mengobrol sendiri dan berbuat onar dalam pembelajaran. Sedangkan tipe guru idaman adalah guru yang berkompeten dalam mengajar sehingga murid lebih mudah memahami. Humoris tetapi diwaktu bersamaan juga memiliki ketegasan untuk mengingatkan dan memberi sangsi. Ramah, menghargai, adil, tidak suka menghardik dan tidak bertindak semena-mena.
Namun jodoh murid dan guru tidak sama dengan pernikahan yang memang sudah ditetapkan Tuhan. Jodoh guru dan murid lebih pada komitmen bersama untuk bisa menjadi idaman antara satu dengan yang lain. Berusaha menerima dan bersedia meminimalkan keegoisan diri.
Murid adalah pebelajar dengan usia muda yang masih labil emosi dan butuh pemahaman dalam berkomitmen. Jadi kembali pada guru. Tugas seorang gurulah untuk menciptakan idaman di dalam kelas. Guru yang menjadi idaman tentu akan mudah melahirkan murid idaman. Sehingga terjadilah perjodohan guru dan murid. Menciptakan kelas gaul yang di idam-idamkan oleh pendidikan.

Penyimpangan dalam pembelajaran

Penyimpangan dalam pembelajaran tak dapat terelakkan. Baik itu terjadi secara langsung ataupun tidak. Seperti celetukan yang menimbulkan kegaduhan di tengah pembelajaran, alasan lupa mengerjakan, atau peralatan yang tiba-tiba tidak bisa digunakan. Seringkali penyimpangan itu membuat rencana kegiatan tidak dapat terealisasi dengan maksimal. Dalam hal ini maka guru harus selalu memiliki cadangan kegiatan yang dapat dilakukan di luar rencana.
Penyimpangan juga dapat dihindari. Yakni dengan mencegah lebih dini sebelum terjadi penyimpangan yang lebih besar. Pencegahan penyimpangan dilakukan oleh guru sebagai manajer kelas. Program penelitian Kounin, dkk pada tahun 1970 (dalam Wragg, 1997) menemukan beberapa perilaku guru yang dapat mencegah penyimpangan, yaitu:
1. Kemampuan untuk melihat seluruh kelas secara sepintas sehingga mengetahui siapa yang terlibat dalam pembelajaran ataupun tidak. Mata guru seakan-akan berada dibelakang kepala sehingga lebih awal menangkap perilaku menyimpang dan mencegahnya.
2. Kemampuan mengerjakan lebih dari satu hal sekaligus. Menulis, mengajarkan menghitung seraya memperhatikan sekelompok murid dalam melakukan percobaan.
3. Mampu membuat anak-anak tekun bekerja tanpa mengganggu tiba-tiba. Meninggalkan untuk kegiatan lain atau mengakhiri dan memulai pekerjaan secara tak terduga .
4. Menghindarkan murid terpaku pada satu persoalan lebih lama.
5. Memelihara semangat dan kepesatan belajar murid.
6. Melakukan teguran tidak secara langsung melainkan melalui pujian terhadap murid lain. Sehingga dampak dari perlakuan guru tersebut yang berfungsi sebagai teguran.
Hubungan antara perilaku guru dengan minimnya penyimpangan ini akan membuat murid belajar lebih banyak tanpa harus terganggu. Kelas gaul dengan lingkungan aman dan nyaman sehingga meningkatkan keinginan alami murid untuk terus belajar.

Kelas gaul bukan kelas yang muncul

Kelas gaul tidak bisa tercipta dalam hitungan detik awal pembelajaran. Tidak pula muncul otomatis saat guru mengucapkan salam dan memberikan pendahuluan. Kelas gaul juga tidak berasal dari guru yang pada hari senin berjalan tergesa-gesa menuju kelas atau kebingungan menyiapkan dan membuka buku-buku referensi tepat setelah bel masuk berbunyi. Bukan!
Kelas gaul adalah produk dalam proses pemikiran panjang seorang guru. Pemikiran untuk memberikan yang terbaik, pemikiran untuk tidak egois, pemikiran untuk mencari kelemahan dan solusi yang tepat. Pemikiran untuk mau berusaha, berkomitmen menjadi guru idaman dan menghasilkan murid idaman.
Kelas gaul berasal dari guru yang mau berusaha dan bekerja keras. Bekerja dengan standar menciptakan murid idaman bukan pelarian dari tiadanya pekerjaan. Guru yang bersedia terus menerus belajar bukan hanya mengumpulkan gaji setiap bulan. Guru yang selalu beradaptasi dengan perubahan. Selalu ingin mendengar ide apapun dari guru lain yang telah mencoba dan berhasil. Guru yang tidak mau berhenti saat sudah berhasil dan terus mencoba untuk mengetahui dan melakukan lebih banyak lagi.
Guru menciptakan kelas gaul. Tidak semena-mena ingin mendapatkan kelas gaul. Oleh sebab itu setiap hari, setiap waktu guru harus mencari metode dan cara baru untuk membantu murid belajar. Melakukan evaluasi di akhir pembelajaran dan kembali mencari solusi untuk pembelajaran selanjutnya. Meningkatkan kepedulian dengan berusaha menjangkau murid lebih banyak dan memberikan konsultasi pada murid saat dalam keadaan bahaya. Memberikan murid hadiah cinta dan antusiasme untuk belajar.
Kelas gaul memang bukan kelas yang muncul tiba-tiba saat guru masuk kelas seperti yang diidamkan selama ini. Namun kelas gaul harus dimunculkan dengan usaha dan kerja keras seorang guru. Disertai inspirasi, imajinasi, komunikasi, interpretasi, serta pencarian terusmenerus.

Komitmen sang manajer kelas

Kurikulum boleh sama tetapi pembelajaran berbeda. Sebab kurikulum tidak berubah setiap tahun tetapi kondisi dan jumlah murid pasti berubah. Jadi tidak layak jika seorang guru memberikan perlakuan sama setiap tahunnya. Bersikap tetap pendirian dengan meyakini bahwa metode dan cara yang digunakan adalah yang terbaik dalam pembelajaran. Bukan hanya setiap tahun, bahkan setiap kelas dalam satu tahun pembelajaran pun sebaiknya mendapat perlakuan yang berbeda. Mengapa? Murid adalah makhluk yang unik dan memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Maka dimungkinkan jika guru memberi metode dan cara yang berbeda di setiap kelas dan setiap waktu menyesuaikan dengan karakteristik murid. Mengingat tidak ada dua hari yang sama. Setiap hari selalu ada masalah baru, ide baru, dan cara pandang baru. Dan guru idaman adalah guru yang diharapkan mampu berbuat adil pada setiap murid.
Dalam menciptakan kelas yang gaul guru harus memiliki komitmen untuk selalu belajar, melihat, mendengar, dan merasakan kondisi dan situasi kelas setiap waktu. Sebab hal inilah yang nantinya akan membuat seorang guru dikenang. Karena ia larut dalam kehidupan kelas. Sangat jarang murid akan mengingat pelajaran yang di ajarkan oleh guru tetapi cara pengajaran yang diberikan tidak akan pernah dilupakan.
Keberadaan kelas gaul tidak hanya boleh tercipta dalam satu kesempatan dan waktu saja. Melainkan di semua kesempatan dan waktu. Komitmenlah yang menjadi kunci utama. Komitmen dari seluruh pendukung pendidikan. Baik murid, pihak sekolah, maupun orang tua dan masyarakat. Namun yang terpenting dan paling utama adalah komitmen guru. Komitmen dalam membenahi kelas menjadi kelas yang gaul. Menciptakan guru dan murid idaman. Ingat! Bahwa jodoh guru dan murid bukan takdir yang berpasangan.

Libur adalah hari lembur

Menciptakan kelas gaul butuh persiapan matang. Tidak hanya dalam waktu satu jam, satu hari, atau satu minggu tetapi bisa berbulan-bulan. Jadi jika ada pernyataan bahwa seorang guru memiliki banyak hari libur. Itu salah! Hari libur untuk murid bukan guru. Dalam waktu libur guru harus mempersiapkan pelajaran untuk hari selanjutnya. Dari pembuatan kalender, program dan rencana pembelajaran sampai taktik menghadapi penyimpangan yang tidak akan mungkin terlewatkan. Guru juga wajib melakukan evaluasi sebagai bahan intropeksi pembelajaran. Itulah hari libur sebenarnya untuk guru.
Masyarakat mengenal profesi guru sebagai profesi yang nyaman untuk bersenang-senang. Memiliki jam kerja sempit dan hari libur yang lebih panjang. Itulah yang terlihat. Pada kenyataannya untuk menciptakan kelas yang gaul, kerja guru bukan 5-6 jam tetapi 24 jam, 7 hari dan 12 bulan. Benar, setiap waktu adalah pekerjaan bagi seorang guru idaman.
Guru yang berkomitmen untuk menciptakan kelas gaul akan serta merta memikirkan peristiwa kesehariannya untuk digunakan di dalam kelas. Selalu mencari ide untuk digunakan dalam pembelajaran. Ketika memasak, berbelanja, menyetir, berkebun, dan sederet aktivitas keseharian lainnya. Tujuannya agar pembelajaran menarik. Selain itu untuk mengenalkan kepada murid bahwa pengetahuan yang diajarkan didalam kelas adalah sesuatu yang akan bermanfaat dalam keseharian mereka. Sesuatu yang nyata bukan semata-mata hafalan dan hitungan yang sulit dicerna.
Libur merupakan kesempatan guru berpikir. Mencari dan berinovasi menghasilkan kelas gaul. Kelas yang memunculkan murid idaman. Sebagai generasi bangsa yang menyukai tantangan, berani menciptakan, santun dalam memelihara warisan kebudayaan, dan memiliki etika untuk melestarikan alam. Dengan demikian libur adalah hari lembur buat guru dalam menciptakan kelas yang gaul.


---2011---


Daftar Pustaka

Hariwijaya, Hilman dan Lebon, Boim. 1997. Lupus ABG : Bohong Itu Nyontek. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Izzati, Sri. 2006. Kenangan Manis Kelas 5B. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Wragg, E.C. Tanpa Tahun. Ketrampilan Mengajar SD. Terjemahan Anwar Jasim. 1997. Jakarta : Grasindo.









Qudsi Falkhi

Teacher who loves books and traveling, contact me --> falkhi@gmail.com