Namaku kuli
Rumahku di pinggiran kali
Setiap waktu aku bermain dengan kali
Meloncat dan memeluknya
Kali pun tergelak mencipratkan tawa
Melalui butiran air bening yang memenuhi wajahku
Sekali waktu aku menjauhi kali
Pulang ke rumah hanya tinggal tanah yang sepi
Harta pergi menjadi abu dalam upeti
Katanya : “demi kebersihan bumi pertiwi”
Aku tersenyum tak punya kendali
Selain kembali pergi
Berkunjung lagi aku bersedih hati
Kali kini hilang diri
Badannya tambun
Kulitnya legam, dengan ratusan bisul yang mulai membusuk
Sepanjang tubuhnya
Satu, dua, tiga, empat, lima
Aku bekerja mengurangi beban bisulnya
Mengait, mengorek, dan menampung
Tetapi enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh
Bisul baru kembali memenuhi kali
Sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas, lima belas
Aku bersaing dengan bisul baru
Tetapi enam belas, tujuh belas, delapan belas, sembilan
belas, dua puluh
Bisul kembali menjadi juara atasku
Mungkin kini kali sedang mati suri
Tanpa gerak sama sekali
Tapi aku tak peduli
Aku tetap menjadi kuli
Untuknya,
Agar dia bisa bergerak dan kembali
memberikan tersenyum berseri
Semarang, 050913, 20:18 PM
comment 0 komentar
more_vert~~falkhi~~