MASIGNASUKAv102
6861843026328741944

MEMULAI PEMBELAJARAN TATAP MUKA DI TINGKAT SMA/SMK

MEMULAI PEMBELAJARAN TATAP MUKA DI TINGKAT SMA/SMK
Add Comments
2020-08-18

Terhitung lima bulan sejak bangku-bangku di sekolah mulai tak berpenghuni. Pintu kelas tertutup rapat, halaman sepi dan kesunyian melingkupi seluruh area sekolah. Hari ini tanggal 18 Agustus 2020, sehari setelah hari kemerdekaan, pembelajaran tatap muka tingkat SMA/SMK di Jawa Timur mulai diberlakukan secara terbatas.

sekolah di era pandemi

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur memutuskan untuk memberlakukan pembelajaran tatap muka di sejumlah sekolah yang ditunjuk. Untuk satu kabupaten/kota Dinas Pendidikan hanya menunjuk satu SMA dan satu SMK untuk mengadakan pembelajaran tatap muka. Tentu saja dengan persyaratan, wilayah kabupaten/kota tersebut tidak berada dalam zona merah dan mendapat ijin dari satgas Covid-19 setempat. Untuk wilayah yang masih mendapat kategori zona merah, pembelajaran tatap muka tetap ditiadakan.

Sekolah yang ditunjuk tidak serta merta mengadakan pembelajaran tatap muka seperti sebelumnya, melainkan harus mengikuti petunjuk dan protokol kesehatan. Antara lain jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka hanya setengah dari seluruh populasi. Artinya siswa yang mengikuti pembelajaran tatap muka diatur bergiliran. Kemudian pembelajaran tatap muka di sekolah maksimal dilaksanakan selama 4 jam pembelajaran atau 3 jam tanpa istirahat. Seluruh siswa juga diminta menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan sebelum dan setelah masuk kelas, membawa bekal makan dan peralatan sholat sendiri. Yang paling penting adalah ijin dari orang tua bahwa siswa diijinkan untuk mengikuti pembelajaran tatap muka.

Info adanya pembelajaran tatap muka tentu saja menjadi kegembiraan tersendiri bagi kami, guru dan siswa yang berada di wilayah pegunungan. Sebab pembelajaran daring maupun luring memiliki banyak hambatan.

Hambatan pembelajaran daring antara lain tidak semua wilayah yang ditinggali siswa mendapat jaringan internet yang stabil. Bahkan beberapa siswa mengeluh tentang tidak adanya sinyal hp di rumah mereka. Sehingga mereka harus berangkat ke kecamatan untuk bisa mengakses internet. Hambatan kedua terkait dengan pemenuhan kuota. Perekonomian masyarakat di wilayah sekolah ditopang oleh sektor pariwisata gunung Bromo. Penutupan wisata berdampak terhadap perekonomian penduduk yang pada akhirnya berimbas pada keterlaksanaan pembelajaran daring yang membutuhkan dana untuk membeli kuota internet. Hambatan ketiga, arus listrik yang sering padam. Akibatnya jaringan wifi dan sinyal hp juga mati. Maka pembelajaran daring pun menjadi terhambat.

Untuk pelaksanaan pembelajaran luring juga memiliki hambatan antara lain tempat tinggal siswa yang tersebar di empat kecamatan dengan akses transportasi yang minim. Kami harus menggunakan alat transportasi pribadi plus harus handal mengendarainya. Sebab akses jalan meliuk-liuk dengan tanjakan tajam.

Oleh sebab itu, informasi tentang pemberlakuan pembelajaran tatap muka menjadi oase kegembiraan bagi kami. Walaupun wilayah kami hari ini tidak jadi melaksanakan pembelajaran tatap muka karena kondisi dan pertimbangan dari satgas setempat, namun kami berharap pembelajaran tatap muka akan segera dilaksanakan. 

Kami mengucapkan selamat belajar bagi guru dan siswa yang hari ini mulai melakukan pembelajaran tatap muka, semoga semangat untuk memajukan Pendidikan Indonesia semakin berkobar dengan adanya pandemi ini.

Qudsi Falkhi

Teacher who loves books and traveling, contact me --> falkhi@gmail.com

  1. Semoga pandemi ini segera berakhir ya. Agar anak-anak dapat belajar di sekolah lagi secara normal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin, iya, berharap segera berakhir agar bisa belajar seperti sedia kala..

      Delete
  2. Ada kekhawatiran jika interaksi tatap muka di sekolah diaktifkan kembali dan juga ada pilkada 2020 memunculkan kluster baru. Idealnya menunggu vaksin korona ditemukan. Mau ga mau, pembelajaran daring masih yang utama dan realistis. Tetap semangat berkarya, mengajar, dan mendidik walau lebih sering lewat internet, semoga menjadi berkah

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, di daerah saya belum mendapat ijin pembelajaran tatap muka karena beberapa waktu lalu muncul kluster dari pabrik rokok. Terima kasih, semoga semangat belajar siswa masih tetap berkobar dalam situasi yang seperti ini.

      Delete
  3. Benar, kadang sinyal yang tidak stabil itu bikin belajar online kurang maksimal. Lagi nyimak penjelasan gurunya malah buffering, eh ternyata sinyal cuma satu. Kadang juga mati listrik, kalo mati listrik udah sinyal langsung hilang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Daerah sekolah saya sering padam sehingga ketika pelajaran selalu ada komentar listrik padam dan tiba-tiba tidak ada siswa yang online, hanya tersisa gurunya hehehe.

      Delete
  4. Duh mba, smg semuanya dapat konsisten menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.
    Sebenarnya kami juga ortu bakal senang banget kalo anak2 sudah bisa bersekolah dengan normal. Jadi guru itu ternyata beraaaat. Biar mb Falkhi aja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, iya semoga dengan penerapan protokol yang disiplin, pandemi akan segera berlalu. Wew.. hehehe, lebih berat menimbang awan hitam yang sedang menggelayut.

      Delete
  5. Semangat mbaaaak, semoga aman2 aja ya. di daerahku belum mulai untuk tatap muka, masih menerapkan sistem pembelajaran luring dan daring :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin.... iya mbak, harus tetap semangat, hehehe

      Delete
  6. iya tuh
    anak saya di sekolah hanya beberapa jam saja setelah itu minta dijemput
    masa pandemi harus sabar semuanya
    semoga vaksin korona cpt datang

    ReplyDelete
    Replies
    1. sekolahnya pakai perangko patas, cuma sebentar terus pulang. Alhamdulillah, vaksin sudah datang, semoga mbak Corona mau pulang ke tempat asalnya, hehehe

      Delete
  7. Memang nih pandemi ini meresahakan yah bu guru,,,
    Tp salut jg sama siswanya bu' yg kekurangan jringan tp tetap mau belajar sampe2 hrus kekecamatan,,,
    Tp brrti d kecamatan penuh siswa2 jg dong,, hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, pandemi membuat aturan hidup jadi berubah, hehehe...

      Hahaha, iya malah membuat kerumunan di kecamatan karena butuh jaringan buat belajar.

      Delete